Rencana untuk 211 KM
harsh words
Kediaman seorang Hajime Kokonoi kini dipenuhi oleh orang-orang yang sangat berisik. Sudah berulang kali Koko mengingatkan mereka untuk tidak terlalu berisik, karena sedang ada pembangunan di rumahnya. Ia hanya takut tukang yang bekerja di rumahnya terganggu dan mendemo Koko agar teman-temannya itu di usir karena mengganggu pekerjaan mereka.
“Tapi nih ya, kalau lo milih diem di vila mulu yang ada sia-sia kita jauh-jauh ke Banten anjing!” kata Izana sambil meneguk kopi latte kegemarannya.
“Ya tiga hari doang anjir, mau kemana lagi. Lagian Banten jauh kemana-mana. Mau nyebrang Sumatera?” ucap Draken.
“Gue udah urus, mau sebulan juga kaga ngapa,” ucap Koko tiba-tiba.
“Lo aja sama keluarga lo. Seminggu aja dah ayo,” tawar Kakuchou.
“Seminggu mau kemana? Lo udah tau kita mau kemana aja?” tanya Izana.
“Mending ke Bali atau Lombok atau NTT aja ga sih biar jauh sekalian kalau seminggu?” ajak Koko.
“Duit darimane please? Gue ngebengkel doang gaweannya,” ejek Draken.
“Gini deh, tiket pulang pergi, transportasi, sama penginapan biar gue aja. Sisanya kita patungan. Gue tau lo semua suka jadinya ga enak nanti,” tawar Koko.
“Berapa orang yang ikut memang?” tanya Izana.
“15 paling, disini ada 15 orang kan,” jawab Draken.
Mikey, Hakkai, Kazutora, Takemichi, Chifuyu, Hinata, Yuzuha, Senju, Sanzu, Mitsuya dan Baji hanya diam melihat kelakuan mereka yang meributkan kemana mereka harus pergi selama satu minggu kedepan.
“Mikey, mau kemana aja? Yang ngajak kan lo nih, ayo ikut diskusi,” ucap Draken dengan menatatap was-was takut Izana menerkam dirinya.
“Gue mau ajak Inui. Boleh kaga?” tanya Koko yang sibuk dengan ponselnya.
“Mau ajak Taiju ama Kisaki juga kaga ngapa,” jawab Draken asal.
“Mau ajak Kisaki lo? Gue sih ogah,” tambah Mitsuya.
“Jangan udah ga usah. Ribut nanti yang ada,” tambah Izana.
Baji yang bosan mendengar teman-temannya yang belum juga selesai, izin untuk pulang terlebih dahulu karena ada part time yang harus ia kerjakan.
“Gue cabut duluan,” izin Baji kepada teman-temannya.
“Kemana?” tanya Chifuyu dengan nada yang mungkin hanya terdengar oleh Baji.
Baji menoleh pada Chifuyu, “Kerja. Biar liburannya enak.”
Chifuyu melihat jam tangannya, jam sudah menujukkan pukul 12 siang. Ia juga harus segera pulang untuk mengerjakan tugas teman-temannya.
Iya, Chifuyu membuka dirinya untuk menjadi joki tugas teman-temannya yang sejurusan dengannya. Karena bagaimana pun juga sekarang Chifuyu tinggal sendiri dan tidak ada siapapun yang akan memberikannya uang untuk kesehariannya.
“Kemane Ji?” tanya Koko.
“Kerja. Pa Hamka dah ngechat mulu,” jawab Baji.
Ia segera memakai jaketnya dan mengambil kunci motornya.
“Duluan ya,” ucapnya pada Chifuyu, pelan.
“GUE DULUAN!” teriaknya pada semua.
“HATI-HATI. UDAHNYA BALIK SINI AJA PADA MAU NGINEP SINI SOALNYA!” teriak Koko dan dijawab anggukan oleh Baji.
“Gue duluan ya, pulangnya hati-hati.” pamit Baji pada Chifuyu, pelan.
Chifuyu mengangguk, “Lo juga hati-hati Ka.”
Baji berjalan keluar dan membiarkan mereka berdiskusi panjang untuk hari ini.
Chifuyu sibuk dengan ponselnya, Takemichi dan Mikey yang melihatnya cukup khawatir dengan temannya yang satu ini. Karena hanya mereka berdua yang tau keadaan Chifuyu lebih dalam. Baik Kazutoran dan Hakkai mereka tau namun tidak ingin terlalu ikut campur.
“Mau pulang juga?” tanya Mikey pelan.
Chifuyu dengan senyumannya menggeleng, “Nanti aja.”
“Udah dapet berapa email tugas?” tanya Takemichi.
Chifuyu memperlihatkan layar ponselnya kepada mereka.
20.
“Banyak. Pulang aja ya, biar lo ga bedagang ngerjainnya,” titah Mikey.
“Gapapa gue pulang duluan? Ga enak sama kalian,” kata Chifuyu.
“Gapapa sayang ku, pulang duluan aja. Gue yang izin sama Koko ya,” Mikey langsung menghampiri Koko.
Chifuyu yang melihat dan jauh bisa melihat wajah Koko yang sepertinya mengizinkannya pulang.
“Nih, buat beli bensin kata Koko,” Mikey memberikan beberapa uang kepada Chifuyu.
Chifuyu menggeleng, “Masih ada ko. Ga usah.”
“Gue duluan ya,” izin Chifuyu pada Mikey dan Takemichi.
“Semuanya,,” ucap Chifuyu dengan suara yang cukup keras dan bisa di dengar semua orang di sana.
“Guee duluan,” izin Chifuyu diakhiri dengan senyuman manisnya.
“Hati-hati yaa!!” teriak Izana.
“Hati-hati ya Chifuyu, makasih udah dateng,” ucap Draken.
“Hati-hati sayang!” teriak Sanzu pada Chifuyu.
Chifuyu tersenyum dan keluar dari rumah Koko diantar oleh Mikey dan Takemichi.
“Pulangnya makan dulu ya baru ngerjain,” ucap Mikey.
Chifuyu mengangguk, “Gue duluan ya. Makasih bilangin Koko.”
“Sip!”
Chifuyu pergi meninggalkan mereka berdua.
Sesampainya di kostan Chifuyu langsung membersihkan dirinya dan membuka laptop untuk memeriksa email yang sudah teman-temannya kirimkan.
Jika kalian mengira Chifuyu mengerjakan tugasnya bersamaan dengan tugas teman-temannya, itu salah. Ia lebih dulu mengerjakan tugasnya, jika masih ada waktu untuk mengerjakan di kampus, perpustakaan kampus yang besarnya hampir sama dengan rumah Koko adalah tempat favoritnya selama ia berkuliah disini.
Memang baru 2 minggu para mahasiswa baru merasakan belajar di suasana yang berbeda. Tapi Chifuyu juga sudah harus berbaur dengan orang-orang di dalamnya. Apalagi teman-teman kelasnya.
Ia tidak terlalu sering ikut berkumpul dengan mereka saat kali mereka di ospek sampai sekarang. Menurutnya itu hanya membuang uang yang sudah ia tabungkan.
Mikey, Kazutora, Hakkai, dan Takemichi lebih sering mendatangi kostan Chifuyu daripada mengajaknya untuk keluar. Karena mereka pun tau bagaimana keadaannya dan susahnya Chifuyu untuk sekedar menghirup udara segar sebentar.
“Misi Pa, maaf saya sedikit telat,” sapa Baji saat sampai di tempat kerja part timenya.
“Gapapa, masih waktu istirahat. Kamu makan siang dulu aja sana, ada yang lain juga.”
Baji mengangguk dan pergi ke ruang belakang untuk makan siangnya sebelum bekerja.
Baji bekerja paruh waktu di sebuah cafe milik dosennya. Sebenarnya ia sudah bekerja disana selama kurang lebih 2 tahun, sebelum ia menjadi mahasiswa pun ia sudah bekerja disana.
Seminggu yang lalu orang tua Baji resmi bercerai. Baji yang dipaksa untuk ikut dengan ayahnya menolak dengan baik karena ini adalah pilihannya sendiri.
Kedua orang tuanya tetap memberikan uang kasar selama ia berkuliah. Mulai dari biaya UKT, UTS, UAS, dan hal-hal yang menyangkut perkuliahannya orang tua Baji sudah mengurusnya.
Baji hanya menghidupi dirinya dengan uang hasil bekerjanya. Ia sebenarnya sudah tidak mendapatkan uang jajan untuk dirinya semenjak kelas 2 SMA.
Baji sebenarnya masih penasaran dengan seorang Chifuyu Matsuno. Ia tidak bisa terus denial untuk tidak kembali jatuh cinta kepada seseorang.
Baji mengirimkan beberapa bubble message kepada Chifuyu, berharap si pujaannya mau menerima ajakannya.