After Shibuya Tragedy.
Yang semula semuanya berjalan baik-baik saja dan Soonyoung pun enggan merasa lebih kesal dengan dengan sang kekasih, secepat kilat berubah dengan cepat hanya karena Jihoon yang enggan memberitahu alamat hotel kepadanya.
Tapi, menurut Soonyoung dengan dia membelakan segala pekerjaannya untuk dibackup oleh orang lain hanya untuk Jihoon adalah sebuah bentuk nyata bahwa dia benar-benar mencintai dan menyayangi kekasihnya.
Namun menurut Jihoon hal tersebut tidak seharusnya terjadi. Menurutnya, hal yang dilakukan kekasinya adalah suatu hal bodoh karena harus meninggalkan apa yang menjadi bagian besarnya hanya untuk dirinya.
Soonyoung bukan tidak percaya pada Jihoon sejak kejadian dimana dia dikirimi foto dan beberapa pernyataan oleh sahabatnya, Mingyu. Dia hanya takut dan kembali membangkitkan sikap posesif dan overprotektif yang dia miliki dan sering terjadi pada seseorang yang berarti di kehidupannya.
Jihoon sendiri merasa Soonyoung seperti ini namun salah mengartikannya. Soonyoung sendiri belum menceritakan beberapa kejadian kelamnya pada Jihoon dan kejadian yang membuat dirinya mempunya triger perihal hal-hal mendua dan kehilangan.
Iseul, anak semata wayangnya sendiri pun sudah lelah menghadapi sikap ayahnya yang memang nyata terjadi seperti itu sejak dulu. Dia hanya bisa mempercayai alam dan semesta bahwa nanti ayahnya akan berubah menjadi lebih santai dan percaya pada orang-orang di sekitarnya.
Kembali pada Jihoon dan Soonyoung. Percakapan via sambungan telfon yang tadinya enggan terjadi di antara mereka berdua, Jihoon pada akhirnya mengangkat telfon dari Soonyoung.
“Gimana jadinya? Mau kirim alamat hotel mu atau engga?” Soonyoung langsung menyodorkan pertanyaan yang membuat Jihoon benar-benar geram di buatnya.
“Mas nanyain alamat hotel ku terus buat apa?” jawab Jihoon sedikit terbata-bata karena merasa terintimidasi oleh suara Soonyoung di sebrang sana.
“Susah? Sesusah itu cuman kirim alamat doang? Gila. Cowo itu nginep sama kamu? Sekamar sama kamu 'kan?” Lagi-lagi pertanyaan gila yang sudah seringkali Jihoon jawab sejujur-jujurnya.
“Demi Tuhan, Mas. Aku ga ada sama sekali tinggal sama orang lain. Aku tidur sendirian di sini!”
“TERUS AKU GA BISA TIDUR SAMA KAMU DISANA GITU?!” teriakan Soonyoung dari sebrang sana membuat air mata yang sudah susah payah Jihoon tahan tak lagi bisa tertahan.
“Jangan teriak-teriak kan bisa?! Aku cuman mau istirahat aja mas disini. Kenapa sih? Kamu kenapa mesti teriak?”
“YA ANJING! TINGGAL JAWAB APA SUSAHNYA SIH ANJING?!”
“SOONYOUNG! STOP TERIAK ANJING! GUE UDAH KIRIM ALAMAT HOTEL LEWAT CHAT. SINI DATENG ANJING! CACI MAKI GUE DEPAN MUKA GUE! ANJING LO!”
Jihoon langsung mematikan telfon secara sepihak. Dia benar-benar sedih dan berteriak memaki dirinya bodoh.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ANJING! APAAN SIH KWON SOONYOUNG BAJINGAN. GUE CUMAN MAU TENANG ANJINGGGGGG!!”
Jihoon terus memaki-maki Soonyoung sampai energinya terkuras habis. Membuat dirinya lebih cepat memejamkan mata karena air matanya yang memaksa dirinya untuk tertidur demi menetralkan emosinya.