apartment 890

kissing

Kenma yang sudah bersusah payah mengajak raganya untuk pergi ke kediaman Kageyama, harus menelan kecewanya sendirian.

Pasalnya Kenma yang seharusnya bertemu Hinata dan Kageyama untuk berbincang tidak diizinkan Tuhan untuk bertemu mereka malam ini. Kenma mendapati dirinya sendiri bergerak ke arah nomor apartmen dan lantai yang salah.

Kenma tengah berdiri di depan pintu bernomor 890 di lantai empat. Hinata juga tidak memberi tau dimana kamar kekasihnya itu dan ia yakin sekali ini sebuah jebakan agar dirinya menyelesaikan masalah dengan satu orang yang bahkan sekarang ia sangat malas untuk menemuinya.

Kuroo Tetsurō, laki-laki yang harus Kenma temui karena Tuhan yang menyuruh kakinya bergerak sampai ia benar-benar ada di depan pintu apartmentnya sekarang.

Ponsel Kenma berdering, beberapa pesan masuk dari seseorang yang entah siapa.

Ia membuka ponselnya dan mengecek pesan masuk yang ternyata dari si pemilik ruangan nomor 890 dan seseorang yang kabarnya tengah dekat dengan si pemilik ruangan nomor 890.

Kenma enggan untuk kembali berurusan dengan seseorang bernama Kuroo Tetsurō. Benar-benar enggan untuk minggu-minggu ini.

Pesan dari si pemilik ruangan itu terus bertambah, membuat Kenma terpaksa mengiyakan dirinya untuk menyetujui masuk ke dalam ruangan tersebut.

Si pemilik bilang bahwa sandi apartmentnya masih belum ganti. Kenma mencobanya.

3321

Klik.

Ternyata benar, sandi apartmentnya masih belum di ganti. Kenma yang sudah lama tidak bergunjung ke apartment mantan kekasihnya ini cukup kaget melihat banyak sekali baju berserakan, piring bertumpuk, pecahan gelas, botol alkohol, dan darah.

“Darah?” tanyanya bingung pada dirinya sendiri.

Sedangkan sang pemilik apartment tidak ada di ruangan. Entah di kamar atau sedang keluar, Kenma yang melihat kekacauan disini menghembuskan nafasnya kasar dan segera untuk membereskan kekacauan yang ada di depannya.

Kurang lebih satu jam Kenma membereskan kekacauan ini. Cukup cepat bagi seorang Kenma yang biasanya hanya berdiam di depan layar monitor selama berjam-jam.

“Kenma?”

Kenma menoleh ke sumber suara.

Ternyata benar, sang pemilik apartment sedari tadi hanya berdiam di dalam kamarnya.

“Aku baru bangun, maaf ya.”

Kenma mengangguk, “Aku udah bikinin makan. Aku tau kamu belum makan.”

Kuroo melihat jam dinding yang terpasang dekat pintu keluar. Sudah jam setengah satu malam ternyata.

“Kamu ngapain malem-malem keluar? Mau ke apart Kageyama?”

“Di suruh Hinata.”

Kuroo yang masih mengumpulkan nyawa di sofa sangat ingin memeluk Kenma yang sudah lama ia tidak lihat raganya.

“Kamu belum berubah ya?”

“Pertanyaan macam apa itu,” jawab Kenma dengan tersenyum kecil.

“Mau maafin aku ga? Aku salah besar banget ya ninggalin kamu. Aku bodoh sih lebih tepatnya. Tapi kalau kamu ga mau dan ga bisa gapapa ko aku ga maksa. Kamu keliatan bahagia juga tanpa aku. Ak – “

Ucapan Kuroo langsung terpotong, karena Kenma yang tiba-tiba mengecup bibirnya. Kuroo yang kaget hanya bisa terdiam dan berusaha mencerna apa yang dilakukan seseorang di depannya.

“Aku maafin.”

Kenma kembali mencium bibir Kuroo. Entahlah mungkin ia merindukan bibir mantan kekasih kesayangnnya ini. Terhitung sejak 3 bulan mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, terhitung juga sejak itu pikiran mereka berdua hampa.

Kenma yang merasa kesal karena tidak ada balasan dari seseorang di hadapannya ini dengan terpaksa harus mengigit bibir seorang yang ada di hadapannya ini.

Setelah mendapat kesempatan Kenma bermain dengan lidah Kuroo disana. Lidah yang sudah lama tidak bertemu, saliva yang sudah lama tidak bertukar.

“Kenma,”

“Hm?”

“Come back to me?”

“Setelah aku kaya gitu kenapa kamu harus nanya gitu?”

“Hee?”

“Sure. Aku ga jamin tapi, I'm a youtube now? Maaf waktunya bakalan kebagi-bagi.”

Tanpa persetujuan Kuroo mencium kembali bibir Kenma.

“Asalkan sama kamu, aku gapapa. Pindah sini ya? Aku bantu pindah-pindahnya.”

Kenma mengangguk dan akhirnya mereka terlelap dalam pelukan.