apartment kokonoi

“Aku ga pernah loh lupa ngabarin kamu meskipun aku sakit. Kenapa kamu ga telfon aku aja? Aku kan ada di apartment terus, aku bosen nunggu kamu 4 hari ga boleh diganggu. Padahal kamu minta waktu itu cuman 2 hari. Aku iyain aku kira kamu aman, ga kenapa-kenapa. Kenapa pas aku sampai sini kamu malah kena tembak? Kamu aneh Ko, aku kadang kesel sama kamu kalau kaya gitu, lain kali jangan gitu ya?!”

Rentetan celotehan panjang Seishu membuat Kokonoi hanya bisa memijat pelipis kepalanya pelan. Pusing.

“Iya, sayang. Aku minta maaf. Kata Ran ga usah kabarin kamu, soalnya kan anak-anak juga tau kamu kaya gimana.”

Permintaan maaf Koko memang begini. Menjelaskan yang sebenarnya terjadi, yang sebenarnya membuat dirinya tidak boleh memberi kabar pacarnya jika terjadi hal tidak enak mengenai dirinya.

“Tapi Koko! Aku pacar kamu. Kalau bukan pacar kamu ya gapapa. Orang aku ini pacar kamu!” Seishu selesai mengupas buah kesukaan Koko, melon.

Menyuapinya seperti anak kecil yang tengah sakit, Kokonoi sudah bersamanya selama 4 tahun. Semenjak kehilangan kedua orang tuanya dan juga seorang kakak karena kejadian kebakaran rumahnya, membuat Kokonoi memberi amanat pada dirinya untuk menjaga Seishu. Sampai dia mati.

“Besok aku kerja ke luar, kamu mau ikut?” tanya Koko sambil merogoh kantung celananya.

“Kemana?”

“Paris. Mau?”

“MAUUUU!!!” teriak Seishu senang. Koko membalasnya dengan leguk senyum yang disukai oleh Inui.

Seishu dan Koko mengakhiri sesi di dalam kamar dan berpindah ke rumah tengah apartment milik si tunggal keluarga Kokonoi.

“Mau nonton apa? Netflix? Atau mukbang youtube?”

“Sei, aku kriminal masa nonton mukbang? Yang bener aja kamu.”

“Ya kriminal juga manusia kan? Kamu suka makan juga.”

“Ga ah, jijik gitu liat orang makan.”

“Makan biasa, bukan ASMR juga.”

“Engga, Sei. Kalau aku bilang engga, ya engga.”

“Ya udah ga usah!” Seishu melempar remot TV tersebut ke depan meja dihadapannya.

“Iya maaf, jangan marah. Terserah Sei mau nonton apa, aku ngikut.”

Seishu melebarkan giginya dan dengan senang mengambil remote yang sudah dilemparnya tadi.

“Emmm kalau horror. Kamu takut ga?”

“Engga, aku tiap kerja liat darah masa takut hantu.”

“Iya ya bener. “Tapi, Ko. Kamu pernah ambil bagian bunuh orang ga?”

“Manjiro ga pernah bolehin. Kalau boleh ya aku mau, aku kan bisa berantem.”

“Manjiro udah turun ya? Udah ga ikut Bonten lagi?”

“Dibelakang. Sekarang yang pegang Ran sama Bang Mochi.”

“Ohhh, kalau aku tiba-tiba berbuat jahat terus kamu dapet kerja buat mengintai terus bunuh aku gimana?”

“Bunuh diri aja aku. Ngapain aku bunuh kamu?”

“Sayang deh aku sama kamu, Ko.”

“Aku juga sayang kamu, Sei. Banget.”

Berakhirlah mereka dengan saling memeluk dan menonton film yang sudah dipilih Sei.