Dominoes but that Night never changed them

m/m, characther belong to Ken Wakui, harshword & ooc, slight Hankazu. Ransuyafess event; RansuyaSepekanPenuhCinta


Layaknya sebuah permainan Domino, semuanya butuh proses panjang dan rusak dengan cepat tanpa penjelasan yang rinci. Begitupula seluruh kepercayaan yang sudah dibangun susah payah oleh si sulung Haitani kepada kekasihnya, Mitsuya Takashi.

Kendala sulit mempercayai orang baru dan sulit membuka hati kembali untuk orang baru, Ran selaku si sulung Haitani dengan cepat dipatahkan kepercayaan yang dia bangun dengan sedemikian rupa oleh sang kekasih. Tanpa sepatah dua kata seluruh ketakutannya terwuju dengan begitu cepat. Hal-hal yang sebenarnya ingin ia rasakan juga seperti teman-temannya ternyata terlalu sulit juga untuk dia rasakan.

“Ran. Gue berani sumpah kalau Takashi tuh bukan orang kaya gitu. Lagian lo mikir ga sih buat apa dia share your privacy ke orang lain demi hal-hal yang bahkan ga ada gunanya juga buat lo maupun hubungan lo berdua,” jelas Hanma yang kini tengah berkumpul dengan Ran dan kawan-kawan lainnya.

“Tapi, Ma. Lo tau kan gue punya trust issues yang bahkan lo juga kadang kesel sama issues gue yang itu. Susah Ma, susah.” jawab Ran.

“Ya terus setelah 3 tahun ini lo bangun hubungan sama Takashi, lo mau putus gitu aja? Sedangkan Takashi nungguin lo dari jaman SMP loh, Ran. Lo ga kasian sama dia? Kalau dihitung dia udah nungguin lo sekitar 9 tahun cuman buat dapet kepercayaan dari lo.”

Ran yang mendengar penjelasan Hanma- temannya, hanya diam dan menikmati sebatang rokok yang entah sudah habis berapa.

“Lo boleh curiga, tapi kalau lo kasih silent treatment gini ke Takashi yang ada dia juga bingung sendiri kesalahan dia dimana. Mending kalau dia sadar, kalau engga?” tambah Hanma. “Gue cabut dulu mau jemput Kajut, kalau lo butuh apa-apa telfon gue lagian anak-anak juga belum ada yang tau masalah lo yang ini kan?”

Hanma pergi meninggalkan Ran dan juga perkumpulannya dengan teman-teman lainnya.

Ran yang masih bingung juga antara harus percaya dirinya atau penjelasan kekasihnya nanti saat mereka bertemu.

“RAN!” teriak Shion dari arah belakang.

“Hah?!”

“Mitsuya noh nyariin lo di depan, katanya mau ngobrol.”

“Makasih, gue cabut ke depan dulu.”

Ran menghampiri Mitsuya yang ternyata benar sudah ada di depan cafe milik si sulung Sano.

Sendirian. Dan juga membawa tas ransel besar yang mungkin berisi baju?

“Eh, kak. Maaf ya ganggu waktunya sama temen-temen.” ucap Mitsuya sambil tersenyum.

“Gapapa. Kenapa ga telfon dulu mau kesini?”

“Handphone ku rusak. Aku cuman mau minta izin aja sama Kak Ran.”

“Izin kemana?”

Mitsuya menghela nafasnya dan memberikan secarik kertas kapada Ran, “Jangan dulu dibuka. Nanti setelah aku pergi baru dibuka.”

Ran mengangguk paham dan mengambil suratnya, “Kamu mau kemana bawa ransel besar gini?”

“Mau pulang. Maaf ya Kak, aku denger dari Rin katanya Kak Ran males ya sama aku? Udah mulai bosen? Maaf ya kalau aku bikin risih selama tiga tahun ini dan matahin kepercayaan Kak Ran. Tapi aku berani sumpah, aku ga ngelakuin hal apapun yang berhubung sama hal-hal yang bersifat pribadi tentang Kak Ran.”

Mitsuya mengambil sesuatu dari dalam saku celananya.

Gelang. Disana juga terpasang replika kartu domino.

“Pake ya. Hubungan kita kaya domino, aku keinget waktu mau jalan kesini kebetulan juga liat bapa-bapa yang jualan gelang dan aku liat gelang ini. Aku juga punya kok, nih.” kata Mitsuya sambil memperlihatkan gelang domino yang juga ia kenakan di tangan kirinya.

“Makasih, Taka.”

“Sama-sama.”

“Hubungan kita?” tanya Mitsuya langsung pada tujuan dia menghampiri Ran.

Ran yang kaget tidak langsung menjawab.

“Kamu berniat putusin aku kan, Ran?”

Ran memasang wajah bingung dan kesal. Untuk apa ia berniat mengakhiri hubungannya dengan Mitsuya hanya karena isu yang belum jelas benar atau tidaknya.

“Engga. Aku ga ada niat buat putusin kamu, buat apa?”

“Akhir-akhir ini kamu cuekin aku. Bales pesan pun lama, aku kira kamu memang lagi pendekatan sama yang lain?”

“Engga, Taka. Demi Tuhan ga ada aku kaya gitu, kamu dapet kabar kaya gitu dari siapa?”

Mitsuya menidurkan keningnya pada tumpukkan tangannya di meja. Ran yang melihat kekasihnya bingung karena ia mendiamkannya dan cuek merasa bersalah.

“Aku minta maaf.

Ran mengelus surai lila di depannya.

“Aku ga ada niat diemin kamu kaya gini, cuman aku kaget makanya aku diemin kamu. Aku kira orang-orang tau itu karena kamu yang kasih tau ke orang lain atau cerita ke orang lain.”

“Ran. Aku sayang kamu. Sembilan tahun aku nunggu kamu, aku nunggu kamu percaya sama aku sepenuhnya dan itu susah buat aku dapetin. Dan untuk apa aku kasih info penting kamu ke orang lain?”

“Maaf. Aku ga ada niatan, Taka. Aku minta maaf.”

Domino pun bisa dibangun kembali. Kembali membangun bersama meskipun halangannya besar sama seperti di awal.

“Boleh kita bangun lagi kepercayaan kita masing-masing?” tanya Ran, ragu.

“Kamu tau lirik lagu Night Changes punya One Direction ga?”

“Aku tau lagunya, tapi untuk liriknya engga. Kenapa?”

We're only gettin' older. But there's nothing to be afraid of. Even when the night changes. It will never change me and you.”

Ran tersenyum, “Maaf ya.”

“Tapi, Ran. Aku tetep harus pulang. Ibu sakit.”

“Aku anterin.”

“Gapapa ga usah.”

“Katanya It will never change?”

“Ya udah, iya.”