jangan dipaksa
! semua karakter hanya milik 𝙠𝙚𝙣 𝙬𝙖𝙠𝙪𝙞 semata. ! content, trigger warning ; cheating (jaga-jaga), bxb, nsfw (jaga-jaga), drunk ! legal character ! feedback dalam like/rt/qrt sangat terima kasih ♡
Lalu-lalang orang keluar dan masuk secara bergantian ke dalam cafe milik seorang pemuda bernama Hanma Shuji.
Menunggu seorang pria mungil yang sudah terikat hubungan dengannya selama empat tahun. Meminta kejelasan secara rinci bagaimana hubungan mereka yang sudah hampir berakhir.
Hanma terus menatap ponselnya, berharap si mungil membalas pesan yang sudah ia kirimkan sejak satu jam yang lalu.
Memesan minuman yang kini sepenuhnya sudah berubah rasa dan makanan di depannya yang belum juga tersentuh.
“Ka?” tanya seseorang dari belakang.
Hanma menoleh tidak menjawabnya langsung, ia mengira itu kekasihnya yang selama ini ia tunggu.
“Kenapa?” tanya balik yang ditanya.
“Lo nunggu siapa? Perlu gue telfon ga orangnya? Kayaknya lo udah lama banget nunggu, tumben.”
“Gue nunggu Kazu,” Hanma meminum pesanannya. Benar, sudah berubah rasa. “Gue pesen ini lagi satu.”
“Ya udah kalau lo mau nunggu.”
Hanma mengetik beberapa huruf pada ponselnya.
“Halo?”
Hanma memutuskan untuk menelfon si mungil-nya.
“Kamu udah dimana?”
“Disini.”
Hanma menoleh kearah pintu kafenya. Loncengnya berbunyi, pertanda memang ada seseorang yang masuk.
“Lama.”
Hanma mematikan telfonnya. Sekarang seseorang yang ia tunggu sudah ada dihadapannya.
Celana jeans hitam, hoodie oversize coklat berbalut dengan jaket pemberiannya. Sangat cantik.
“Kamu udah aku pesenin. Nanti sekalian sama ice latte aku dateng.”
Yang diberitahu hanya mengangguk. Membenarkan posisi duduknya menjadi lebih nyaman.
“Ka Hanma mau apa ketemu aku?”
“Kita pindah ke rooftop mau ga? Bibir ku sepet mau ngerokok.”
“Aku udah duduk.”
“Ya aku udah nunggu lama kamu, aku sengaja tunggu disini biar aku tau secantik apa sih pacarku sampe orang-orang pada mau rebut?”
Kazu hanya memutar bola matanya malas. Sebenarnya mereka tengah bertengkar. Kazu sudah lelah dengan sikap Hanma yang seperti anak kecil. Ralat. Terlalu seperti anak kecil.
Akhirnya mereka berdua pindah ke rooftop yang tidak terlalu ramai. Hanya ada tiga orang saja yang tengah sibuk dengan laptopnya ; sepertinya mereka sedang mengerjakan tugas.
“Jadi?” tanya Kazu disusul dengan membuang nafasnya kasar.
“Aku kangen kamu.”
“Ga ada yang larang kamu buat ga dateng ke apart aku.”
“Aku sibuk.”
“Aku juga.”
“Tapi aku sayang kamu.”
Kazu tidak menjawab.
“Ko diem? Kamu ga sayang aku kah?”
“Sayang.”
“Ko tadi ga langsung bilang setelah aku bilang?”
“Ya emang ga boleh?”
“Kamu ko berubah sih Zu?”
“Kakak juga tuh.”
“Aku diem?”
“Diem-diem selingkuh. Gitu kan?”
Minuman mereka datang. Memberi waktu Hanma untuk mencari alasan atas pertanyaan Kazu.
“Hubungan kamu sama Kisaki-Kisaki itu apa?” tanya Kazu, lagi.
“Temen.”
“Temen atau demen?”
“Temen Kazu. Percaya sama aku.”
“Saking percayanya aku sampai di bodohin sama kamu ko, Ka.”
Kazu meminum minumannya. Mengeluarkan rokok juga yang ada di dalam jaketnya.
Memperlihatkan kepada Hanma bagaimana dia juga kalut dalam beberapa bulan ini. Tidak membicarakannya pada orang lain, karena ia tidak terlalu percaya pada orang lain ; apalagi orang asing.
Hanma adalah orang pertama yang tau segalanya. Segala tentang kehidupannya, masa lalunya, bahkan rancangan masa depannya yang sudah ia susun rapi sedemikian rupa.
Hanma hanya menatap sayu si mungil-nya. Mencoba memperhatikannya, ada apa sebenarnya.
Hanma memang bukan orang yang romantis. Membicarakannya secara terang-terangan adalah gayanya.
Tegas dan berwibawa adalah hal penting bagaimana orang-orang selalu kagum akan seorang Hanma. Bagi Kazutora, Hanma adalah sosok yang terlalu sempurna untuknya yang rapuh.
“Sejak kapan kamu ngerokok, cantik?” tanya Hanma dengan nada suara yang berat.
Kazu menatap Hanma, ia takut pria didepannya ini akan memarahinya.
“Sejak kamu bilang “Aku ga bisa kesana. Aku juga punya kesibukan. Kamu ganggu tau ga?! Kamu bisa sendiri kan? Jangan hubungi aku dulu, aku sibuk!”” jelas si mungil.
“Maaf ya.”
“Bukan salah mu Ka. Wajar kamu sibuk. Harusnya aku yang minta maaf selalu ambil waktu kamu. Padahal kamu orang sibuk.”
“Kazu, kamu ga pernah ganggu. Sumpah waktu itu aku lagi ga sadar kayaknya?”
“Oh jadi bener?”
Hanma menatap bingung Kazu. Tentang kebenaran apa?
“Waktu itu aku ga sengaja liat story instagramnya ka Draken. Aku ada di close friendnya dia sih. Waktu itu dia lagi party gitu kayaknya sih Koko open tabel di bar. Terus ada kamu disana. Jelas banget lagi – “
Kazu menjeda pembicaraannya. Membuat si lawan bicara penasaran setengah mati dengan lanjutan ceritanya.
“Terus?”
” – kayaknya sih kamu lagi mabuk berat. Ada yang teriak katanya Hanma udah habis 11 botol alkohol sendirian. Entah deh gara-gara apa, tapi ada rumor kamu deket sama Kisaki ya waktu itu? Jadi aku juga ragu buat nanya tentang hubungan kita kedepannya. Seadainya putus pun kayaknya jelas banget alasan aku putusin kamu apa.”
Penjelasan Kazu sangat rinci. Terlalu rinci.
Hanma hanya diam. Memikirkan bahwa ini memang kesalahannya.
“Jadi, alasan ka Hanma ngajak aku ketemu cuman mau tanya tentang hubungan kita kan?”
Hanma menatap mata Kazu. Mungkin ini memang sudah saatnya.
“Maaf,” Hanma memang pergelangan tangan si mungil, mengusapnya dan disusul dengan ciuman kecil.
“Ka Hanma jangan minta maaf terus. Kamu ga salah ko. Memang setiap hubungan tuh ada kan masa dimana salah satu ada yang bosen. Ka Hanma wajar ko deketin Kisaki waktu itu. Kisaki pinter, kaya, berprestasi, populer. Beda sama aku yang yaa kalau dibayangin sama Kisaki aku cuman orang belakang yang ada dibarisan paling belakang.”
Kazu mengusap rambut Hanma yang kini sudah sepenuhnya berwarna coklat tua.
“Kamu ganti warna rambut. Kamu makin ganteng tau ka. Aku ga mungkin ninggalin ka Hanma yang bener-bener tau aku dari segala hal.”
“Ka Hanma mau bawa hubungan kita kemana?”
Pertanyaan Kazu berhasil membuat Hanma bingung setengah mati pada saat itu juga. Detik dimana ia benar-benar tidak bisa berpikir secara jernih.
Tentang perasaannya yang dalam pada Kazutora dan juga setitik perasaan lain pada seorang pria yang bukan Kazutora.
“Jangan paksain diri kamu Ka, kalau memang ga bisa dilanjut.”
Hanma menggeleng cepat.
“Aku mau kita tetep lanjut. Bisa kan?”
Kazu menangguk, “Aku sebenarnya udah beberapa kali minum obat lagi –”
“HAH? KO GA BILANG AKU?!”
” – jangan potong pembicaraan aku dulu.”
“Maaf.”
“Aku sempet kalut kan beberapa bulan lalu. Untung ada Baji sama Chifuyu yang bener-bener nemenin aku. Kadang juga ada Mikey dateng ke apart buat nginep nemenin aku kalau aku kesepian. Mikey pernah bilang kalau putusin kamu adalah jalan terbaik buat aku sembuh, pada saat itu. Tapi aku ga mau putus. Aku sayang kamu. Terlalu sayang.”
Hanma sedikit berkaca-kaca.
“No need to cry, Ka. Aku baik-baik aja.”
“Setelah itu aku cerita sama Mikey, Baji, dan Chifuyu. Aku ga nelfon kamu setelah itu atau bahkan kasih kabar ke kamu karena aku mencoba netralin pikiran aku. Aku tadinya ga mau dateng kesini, aku cuman takut aku kembali ke beberapa bulan lalu dan malah bikin kamu mau bener-bener ninggalin aku dan lari ke Kisaki.”
“Aku ga bakalan ninggalin kamu. Sumpah.” Hanma memeluk Kazu tiba-tiba.
“Sekarang aku minta maaf. Minta maaf tentang semua hal bodoh yang aku lakuin ke kamu. Aku sekarang boleh cerita? Biar kita sama-sama terbuka.”
Hanma meminta izin kepada Kazu. Kenapa? Ia hanya takut Kazu tidak siap dan setelah pulang dari sini ia akan overthinking.
“Iya gapapa cerita aja.”
“Sempet beberapa bulan kemarin aku tertarik sama Kisaki. Aku minta maaf.”
Kazu tersenyum, “Gapapa. Lanjutin ceritanya.”
“Terus aku bener-bener kaya dihipnotis sama dia for falling in love with him too. Tapi setelah aku masuk kelas dan ketemu Draken. Aku tiba-tiba ditampar sama dia. Keras. Banget. Dia bilang kalau kamu di sisi lain lagi kalut dan bingung sama aku. Aku waktu itu bener-bener bingung.”
“Terus sekarang?”
“Aku kira kamu juga sempet cari orang baru. Aku denger kamu deket sama Takemichi. Aku mau marah, tapi aku juga salah bisa-bisanya deket sama Kisaki bahkan ada setitik rasa. Padahal aku punya pacar, pacarnya itu kamu.”
“Aku sama Takemichi?”
Hanma mengangguk.
Kazu benar-benar tertawa sekarang.
“Ko kamu ketawa sih?”
“Sayang ku ka Hanma. Mungkin rumor itu emang cepet nyebar gara-gara ada yang heboh di base kampus ya? Dan kamu liat itu? Jujur waktu itu sebenarnya lagi ada rencana Takemichi buat nembak Hinata. Takemichi mau pacarin Hina waktu itu, Ka.”
Hanma. Malu.
“Wajar ka Hanma mikir gitu. Si Takemichi emang profesional.”
“Aku salah?”
“Iya. Banget.”
“Aku malu.”
“Gapapa. Sini aku peluk.”
Kazu berdiri dari duduknya. Memeluk Hanma dan membawanya masuk ke dalam hoodie berukuran over yang ia kenakan.
“Mau pulang?” tanya Hanma yang masih betah di dalam hoodie milik Kazu.
“Kamu keluar dulu. Aku ga bisa jalan nanti.”
Hanma keluar dari dalam hoodie yang dikenakan Kazu.
“Aku mau beli cincin.”
“Buat?”
“Nikah aja kita Zu. Biar aku ga overthinking. Aku malu udah nuduh kamu yang engga-engga.”
Kazu mengangguk dan mereka berdua akhirnya pulang dengan perasaan lega atas hubungan yang menjadi lebih serius.
-fin.