Koma
Dengan langkah tergesa Haru menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan yang tidak bisa dibilang tenang.
Kekasihnya, sahabatnya, pujaan hatinya, semestanya, kini tengah terbaring di rumah sakit dengan keadaan yang hanya bisa dipasrahkan kepada Tuhan.
“Mba, ruangan atas nama Haitani Rindou ada dimana ya?”
“Mas siapa kalau boleh tau?”
“Haruchiyo. Saya pacarnya.”
“Oh, baik mas. Mas Rindou ada di ruangan 12 VVIP di lantai 3.”
“Baik terima kasih mba.”
Haru berlari ke arah lift dan menekan tombol 3 disisi kiri.
Sesampainya di lantai tiga Haru langsung berlari ke kamar VVIP 12. Jaraknya tidak cukup jauh, karena disini semua ruangan berdasarkan nomor bukan abjad.
Saat Haru akan masuk ke dalam ruangan, terlihat ada Mama dan Papa Haitani. Disana Papa Haitani tengah memeluk Ran yang menangis melihat adiknya terbaring lemah, sedangkan sang Mama Haitani berusaha tetap tenang meskipun air matanya sudah tak dapat terbendung.
Enggan merusak suasana dan menambah pikiran buruk tentang dirinya dengan sang pacar, Haru memilih menunggu di luar ruangan.
Memainkan gelang milik Rin dan berusaha tetap tenang.
Suara pintu terbuka. Memperlihatkan kondisi Mama dan Papa Haitani yang bisa dibilang tidak baik-baik saja.
“Haru... Kecelakaannya sudah kamu urus?”
Haru berdiri, “Sudah Om. Maafin Haru ya Om gara-gara Haru kondisi Rin jadi kaya gini.”
Papa Haitani mendekat ke arah Haru dan mengelus punggungnya pelan, “Ini sudah rencana Tuhan. Mungkin Tuhan dan semesta-Nya rindu kami berkumpul di rumah, jadi Rindou dijadikan alasan besar kami harus kembali.”
Haru hanya mengangguk.
“Sanzu. Mama boleh bicara sebentar sama kamu?”
Haru mengangguk, “Boleh, Ma.”
Haru mengikuti langkah kaki Mama Haitani di belakang.
“Sanzu, sebelumnya Mama mau minta maaf kalau Mama kesannya lancang atau gimana. Tapi boleh selesaikan hubungan kamu dengan Rindou?”
Haru yang mendengarnya tidak bisa langsung mencerna perkataan beliau, yang ada dipikiran Haru saat ini adalah Rindou yang harus segera sadar.
“Maksudnya, Ma?”
“Maksud Mama putus hubungan sama Rindou. Mama mau jodohin Rin sama keluarga Shuji.”
“Maksud Mama Shuji Hanma?”
“Iya. Dia yang umurnya ga jauh kan sama Rin, jadi Mama pengen.”
“Tapi Haru?”
“Sanzu. Kamu bisa cari yang lain. Mama, maaf kurang mau sama kamu.”
Deg.
“Oh, maaf ya Ma kalau Haru bikin kesalahan.”
“Iya. Semoga lekas selesai ya, Mama tinggal dulu.”
Haru menunduk. Memikirkan bagaimana bisa ia pergi dari Rindou dan bagaimana lagi dirinya harus hidup?
Haru langsung berlari ke arah ruangan Rindou berada. Disana masih ada Ran yang setia menemani.
“Haru, ngobrol sama Rin. Semoga dia mau sadar.”
“Rin kenapa Bang?”
“Dinyatakan koma. Lukanya cukup parah.”
Haru menghela nafasnya panjang. Cobaan apalagi ini.