it just a flower, don't worry.

m/m pair, takemichi & manjiro, major character dead, (maybe it just a prompt), character belong to ken wakui


malam dingin sudah hampir menyelimuti kota padat penduduk ini selama kurang lebih satu bulan lamanya. bagi para pekerja, pelajar, dan penduduk sibuk harus tetap bergegas keluar rumah dan membereskan segala urusannya di luar agar bisa kembali ke rumah dengan cepat.

begitu pula dengan si anak tengah keluar Sano. bergerak cepat mengayuh sepedahnya dan tidak peduli dengan dinginnya suhu kota yang bisa saja membekukan dirinya dalam waktu yang tidak dapat di tentukan. bagi keluarga Sano, Manjiro adalah sesosok kakak sekaligus adik yang bertanggung jawab atas seluruh keinginan dan hal yang ingin dicapainya.

kedua orang tua Sano pernah bertanya padanya perihal pasangan dalam hidupnya.

“Jiro. Kamu sudah punya pacar? Kenalin sama mama atau papa dong, kami takut di ambil Tuhan duluan sebelum liat anak kesayangan kami ini tumbuh dewasa dan menikah.”

pertanyaan bodoh. menurut Manjiro itu adalah pertanyaan bodoh yang tidak wajib ia jawab pada detik itu juga. “Ma, Pa, Jiro belum mau punya pacar. Jiro masih mau sekolah, kerja, banggain Mama, Papa. Nanti kalau udah waktunya juga Jiro bakalan kenalin ke kalian kok. Jangan khawatir dan stop bicarain tentang kematian, oke?”

beberapa bulan setelah pertanyaan itu di lontarkan kepadanya. ia mendapat kabar buruk bahwa kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan yang di akibatkan oleh supir truk yang mengantuk.

Manjiro yang mendapat kabar tersebut langsung menghampiri tempat kejadian tanpa pamitan dengan guru dalam kelas maupun teman-teman yang memanggilnya untuk segera kembali ke dalam kelas.

“Apa ada anak yang rela ditinggal oleh kedua orang tuanya dan tetap diam?!”

itu adalah teriakan Manjiro saat Baji- teman semasa kecilnya saat berhasil menarik Manjiro dan sedikit memukulnya agar tetap sadar dan tidak terbawa emosi.

“Meskipun kejadiannya di luar kendali. Tuhan juga tau skenario apa yang di tulis buat Mama sama Papa lo! Jadi jangan emosi dan egois. Lo bisa izin dulu, ini juga demi masa depan lo, demi banggain orang tua lo!”

terjadi sedikit kesalah pahaman antara Baji dan Manjiro, membuat guru yang bertanggung jawab harus turun tangan.

“Baji! Gue ga paham sama jalan pikir lo. Ini Mama sama Papa gue yang mati! Gue harus liat mereka dan gimana. Dan stop mempersulit gue!”


dua tahun berlalu. semuanya semu dan tidak ada lagi harapan dalam kehidupan anak tengah Sano tersebut. setiap hari hanya berangkat ke kampus dengan tatapan kosong, kadang juga tidak masuk kelas, tidak mengerjakan tugas, tidak pernah kembali aktif di kelas, dan hal-hal buruk yang membuat teman-teman Manjiro merasa kasihan.

“Halo. Gue Takemichi anak pindahan, gue boleh duduk di samping lo?”

Manjiro mengangguk tanpa memandang siapa yang berbicara dengannya.

dua bulan setelah kejadian perkenalan tersebut, seluruh teman-teman Manjiro meminta bantuan kepada Takemichi untuk kembali membujuk Manjiro menjadi pribadi yang cerah.

“Tapi gue ga sanggup kalau harus bikin kepribadian orang yang dulunya ceria terus ada satu dan lain hal dia jadi kenapa-kenapa. Itu susah.”

Takemichi didesak oleh teman-teman Manjiro, memohon untuk menerima permintaan tolong mereka.


dua minggu pertama tidak pernah sama sekali Manjiro membalas percakapannya dengan kalimat panjang. hanya seperlunya dan jika ia tidak mau menjawab pun pertanyaan yang di lontarkan Takemichi hanya sebatas angin lalu.

satu bulan kemudian Manjiro sedikit menampakan kembali dirinya dan mungkin sudah sedikit membaik meskipun semuanya masih terasa sama.

lima bulan setelah permintaan tolong tersebut akhirnya Takemichi menyerah, ia juga lelah jika harus membenarkan dan menjadi bengkel dari kerusakan seseorang yang cukup berat.

“Hanagaki Takemichi?”

Takemichi yang mendengar namanya dipanggil langsung oleh Manjiro memasang wajah terkejut, apa usahanya akan membuahkan hasil?

“Makasih udah mau berusaha bikin gue balik meskipun gue tau lo dipaksa sama temen-temen gue. Tapi gue mohon satu hal sama lo boleh?”

“Kenapa?”

“Lo Hanagaki Takemichi yang dulu pernah ikut komunitas Toman kan?”

“Iya. Lo owner Toman kan?”

Manjiro tertawa kecil, “Lo pergi. Gue udah pernah hancur sebelum ini. Gue juga denger kabar burung dari orang-orang lo mau nikah sama Tachibana Hinata ya? Selamat ya. Gue suka sama lo, makanya gue memutuskan pergi -

tiba-tiba saja Manjiro menghentikan kalimatnya. batuk hebat menyerang dirinya dan tiba-tiba juga dirinya mengeluarkan muntah darah beserta bunga?

” – besok kalau gue mati lo jangan pernah salahin diri lo ya. Gue ga mau ngobrol sama lo karena memang gue nahan ini semua, sendiri. Jadi. Congratulations and sorry for loving you untill now.”

setelah kalimat itu selesai terucap, Manjiro tersenyum kemudian terjatuh tepat di pelukan Takemichi. denyut nadinya berhenti, tubuhnya menjadi dingin, ia panik setengah mati.

teman-teman Manjiro dan Takemichi yang memerhatikan dari jendela luar pintu langsung menghampiri mereka dan bergegas membawa Manjiro ke rumah sakit. mungkin semesta masih mau menerima Manjiro.

-fin sleepflarf,2022.