pretty lies — ᵒⁿᵉ ˣ ᵗʰʳᵉᵉ
! semua karakter hanya milik 𝙠𝙚𝙣 𝙬𝙖𝙠𝙪𝙞 semata. ! content, trigger warning ; family issue. ! legal character ! feedback dalam like/rt/qrt sangat terima kasih ♡
Beberapa bingkai foto tersusun rapi. Memperlihatkan bagaimana bahagianya hubungan sepasang pemuda berparas imut dan mungil dengan sesosok pria yang terlihat tenang dan gagah disaat bersamaan.
Memindahkan beberapa foto lainnya yang tidak memiliki tempat. Karena bingkai yang seharusnya kini sudah pecah berkeping.
Membelinya bersama dengan beberapa barang lainnya. Berniat untuk memperbaiki keadaan dan suasan dalam apartment kecil yang sudah ia huni selama empat tahun.
Entahlah. Ini tempat ia akan tinggal selamanya. Atau bisa saja setelah ia pulang berbelanja, ia akan di usir oleh pemilik aslinya.
Empat tahun lalu. Tepatnya saat ia baru saja mendapat kabar gembira tentang dirinya yang diterima di salah satu universitas terbaik di kotanya. Pada saat itu juga, orang tuanya resmi memutuskan untuk bercerai.
Setelah sekian lama bertahan karena dirinya. Semuanya kembali masing-masing. Ia dipinta oleh kedua orang tuanya untuk tinggal sendiri, bersama ibunya, atau memilih bersama si ayah yang keras dan tempramental itu.
Butuh waktu lama bagi dirinya yang baru saja merasakan kebahagiaan untuk kembali menelan pil pahit kehidupan yang dibuat selucu ini oleh semesta.
Diberi waktu selama tiga hari oleh orang tuanya untuk berpikir. Memilih siapa orang yang akan kamu temui setiap harinya. Sebelum rumah penuh kenangan itu; lebih kenangan yang gelap, di jual oleh mereka.
Meminta saran kepada teman dekatnya. Teman yang mengetahui dirinya dan kondisinya yang tidak pernah baik-baik saja.
Mereka bilang ia bisa tinggal bersama di rumahnya. Tiga dari kelima temannya pun bilang, ada kamar kosong yang bisa ditempati tanpa canggung olehnya.
Tapi tetap saja ia enggan untuk menempatinya tanpa membayar kebutuhan pokok rumah tersebut.
Contoh. Sano Manjiro dan Matsuno Chifuyu. Mereka adalah dua orang yang selalu memaksa dirinya untuk tinggal di rumah milik orang tuanya.
Atau Takemichi yang bersikeras mengajak dan sudah mengizinkan dengan sangat ia untuk tinggal bersama di apartment pemberian dari kedua orang tuanya.
Sebenarnya sebagai seorang teman yang sudah bersama selama kurang lebih enam tahun lamanya. Tinggal bersama bukan sesuatu yang merugikan. Apalagi mereka sudah berteman sejak sekolah menengah pertama.
Saat dirinya masih menjadi seorang pribadi yang ceria dan seorang profesional dalam menutupi kesedihannya.
Biasanya. Kebanyakan para siswa baru akan diantar jemput oleh orang tuanya selama tiga hari; paling lama. Sebelum berbaur dan menetap selama tiga tahun lamanya untuk belajar.
Kazu. Kazutora Hanemiya.
Hanya seorang pria kecil lulusan terbaik di sekolah dasarnya yang mendapatkan dengan mudah sekolah negeri menengah pertama terbaik di antara para teman-teman sekolah dasarnya.
Kazu kecil bukan seorang yang sering berbaur dengan orang lain. Ia hanya akan bergerak jika ia di ajak. Ia akan keluar kelas untuk berbaur jika ia di paksa dan di tarik tangannya oleh teman-teman yang ingin melihat seorang Kazu selain di dalam kelas.
Pernah suatu ketika, saat Kazu kecil tengah sibuk bergulat dengan buku latihan soal. Seseorang bernama Mitsuya Takashi; teman sekelasnya, menghampirinya dan berbicara beberapa hal yang membuat Mitsuya bingung dan penasaran kepadanya.
“Halo Kazu!”
Itu adalah sapaan pertama yang Kazu dengar selama ia bersekolah di sana.
Kazu hanya melihatnya dan tersenyum canggung.
“Boleh ga aku duduk di sini?”
Tanyanya sambil menunjuk kursi depan Kazu yang kosong; karena temannya tengah menikmati istirahat belajarnya di luar.
Kazu mengangguk. Membiarkan Mitsuya duduk di depannya.
“Ngomong-ngomong kamu ko udah beli buku latihan soal ujian sih? Kan ujiannya masih lama banget.”
“Aku di suruh mama buat belajar dari sekarang.”
“Gimana kalau kita nanti belajar bareng? Kamu mau ga?”
Kazu kecil tidak langsung menjawab pertanyaan Mitsuya kecil. Ia ingin. Tapi keadaan rumahnya lah yang ia takutkan.
“Kita belajar di rumah aku aja. Biar ibukku nanti masak makanan yang banyak untuk menyambutmu. Gimana?” tawarnya, lagi.
“Boleh?”
Mitsuya mengangguk dengan semangat.
“Aku mau berteman sama kamu Kazu. Kamu itu baik, pinter. Aku kadang suka sedikit iri sama kamu. Hehehe.”
Kazu mengangguk dan membalas jabatan tangan Mitsuya.