rapuh

play ; https://youtu.be/OvYTqsBa_HI

! semua karakter hanya milik 𝙠𝙚𝙣 𝙬𝙖𝙠𝙪𝙞 semata. ! content, trigger warning ; hasrh words, nsfw (jaga-jaga), kissing, drunk, mental health, drugs, suicidal, angst?, slight bajifuyu ! legal character ! feedback dalam like/rt/qrt sangat terima kasih ♡

Tersisa lima botol alkohol dari dua belas botol yang tersedia di apartment miliknya dan kekasihnya, Sano Manjiro.

Ia habiskan sendiri tanpa takaran dan berantakan dirinya sekarang.

Tidak ada kabar sejak lima jam terakhir ia mengirimkan pesan singkat berupa keinginannya untuk bertemu. Membicarakan bagaimana kerinduan miliknya yang sudah tidak bisa lagi terbendung.

Memikirkannya setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik adalah hal yang Draken lakukan beberapa bulan terakhir.

Meminggirkan dirinya dari pekerjaan yang membuat hubungan dirinya dan Mikey merenggang.

Draken. Akrab orang-orang menyapanya adalah seorang pria tegas, berpostur tubuh tinggi, pintar, dan sabar dalam dirinya membuat orang-orang kagum akan kepribadiannya.

Mikey. Pria munggil yang sudah bersamanya selama enam tahun ini, membuatnya dan membackup dirinya dalam kejamnya dunia.

Pria mungil yang seharusnya tidak menjadi miliknya, polosnya yang seharusnya tidak ia rusak, dan keceriannya yang seharusnya tidak ia rampas dengan kasar.

Sisi cerah seorang Mikey sudah sepenuhnya hilang. Hilang karena dirinya yang terlalu kelam dan gelap untuk kembali ceria seperti dirinya yang dulu.

Semua bermula saat dua tahun lalu. Dua tahun kehilangan seorang Bunda yang ia sangat sayang. Draken, kala itu ada dalam kegelapan yang belum sepenuhnya pulih.

Pulang dan pergi setiap tiga kali sebulan, meminum obat yang bahkan tidak memberi efek apapun pada dirinya, dan hal-hal buruk dalam dirinya yang kembali datang.

Sisi gelap seorang Draken yang pernah Mikey reda dengan amat sangat penuh perjuangan kembali menguasai emosi dan jiwa Draken.

Mikey sempat berbicara dalam pelukan Draken beberapa hari lalu. Ia lelah dengan hubungan ini, hubungan yang terlalu berat baginya. Berat untuk pergi dan berat untuk tetap bertahan.

Sejak hari itu juga, Draken enggan untuk keluar dari dalam apartmentnya. Menunggu Mikey benar-benar pulang dan menemaninya saat semuanya kembali dia rasa.

Rasa ingin mati dan meninggalkan semua rasa sakitnya yang bahkan menyakiti hati orang lain.

Tidak ada seorang pun yang memikirkan sisi lain dari dirinya. Hanya Mikey yang mengetahui semuanya. Semua tentang dirinya sejak kecil. Sejak hal-hal buruk terjadi. Sejak hal-hal buruk yang ingin menghabisi nyawanya.

Baik teman-teman Draken maupun Mikey tidak ada yang bisa menghentikan Draken.

Draken yang hanya terbuka pada Mikey. Dan Mikey yang hanya ingin Draken mengadu pada dirinya.

Saat ini, jam dinding yang terpasang sudah menunjukkan pukul dua malam. Mikey masih belum juga pulang. Draken sudah terlelap karena ia menghabiskan satu lusin botol alkohol tanpa henti.

Memutar lagu-lagu yang mereka buat beberapa tahun lalu. Memutarkan juga otak dan memorinya saat indah bersama Mikey.

“Aku pulang,,” Mikey membuka pintu apartmentnya dan melihat seluruh tata letak furniture telah berubah.

Tidak berantakan. Tidak ada yang pecah. Hanya berubah.

Sofa, Tv, lemari-lemari, dan rak foto. Semuanya berubah.

Mikey bergegas masuk ke dalam kamarnya dan Draken. Ia mendengar ada lagu yang menguasai ruangan itu. Samar-samar, tapi Mikey bisa mendengarnya.

Ia menangis.

Melihat Draken disana, sendirian. Hanya ditemani oleh dua belas botol alkohol yang tersusun rapi.

Ya, Draken menyusunnya. Karena itu adalah hal yang biasanya ia lakukan dengan Mikey sehabisnya berpesta dengan alkohol karena hari berat mereka.

Mikey menatap Draken yang berantakan. Menggantikan bajunya dengan kaos kesayangan miliknya. Membuka tali rambut yang sudah tidak beraturan yang membiarkan rambutnya terurai.

Mengecupnya sekilas dan ikut berbaring disampingnya.

“Seharusnya kamu ga usah gini. Aku minta maaf,” gumam Mikey.

Ini murni bukan salah Mikey maupun Draken.

Bisa ku bilang, semesta yang menginginkannya.

“Kamu. Kamu mau apa kaya gini lagi sih, Kenchin?”

“Aku ga bakalan pergi. Aku sayang kamu. Aku minta maaf.”

Mikey kembali menangis. Memeluk tangan Draken yang terkulai lemas dan dingin.

“Ka?” tanya Mikey dengan perasaan yang bercampur.

Ia panik.

“KA KENCHIN?!”

“BANGUN!”

Mikey tidak bisa mengontrol nafasnya. Ia panik setengah mati.

“Mikey? Udah pulang ya.. Maaf ya aku tidur duluan, padahal aku mau pukis sama kamu,” ucap Draken yang tiba-tiba bangun.

Itu adalah nada suara Draken yang Mikey benar-benar benci. Suara yang seperti akan meninggalkannya, membiarkannya terlalut dalam kesalahan.

“Aku udah masak tadi buat kamu, kayaknya udah dingin. Kamu nanti angetin aja ya.”

Mikey mengangguk.

Draken menatap mata Mikey sangat dalam. Seolah berbicara bahwa dirinya itu orang bodoh yang menyia-nyiakan seorang Mikey. Berbicara bahwa dirinya patut pergi selamanya dari kehidupan seorang Sano Manjiro.

Mikey juga ikut menatap mata Draken dalam. Berbicara bahwa ia harus bertahan. Bertahan dari apapun yang membuat dirinya kalut dan berpikir ia harus mati meninggalkan semesta secepatnya.

Mikey menggeleng, “Udah. Kamu jangan natap aku kaya gitu.”

Draken tersenyum tipis, “Maaf ya. Alkoholnya udah aku habisin. Obatnya aku minum juga ko. Sesuai takaran, tenang aja.”

Draken bangun dari tidurnya, membenarkan poisis tubuhnya agar sejajar dengan si kecil.

Draken menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar. Mengambil pipi seorang Mikey lalu disentuhnya dengan lembut.

Sebab ku sayang dia. Sebab ku kasihi dia. Sebab ku tak rela, tak selalu bersama. Ku rapuh tanpa dia. Seperti kehilangan arah.

Itu adalah sepotong lirik yang kini menggambarkan perasaan Draken pada Mikey.

“Lagu ini. Aku banget ke kamu Manjiro,” kata Draken.

“Kamu kenapa?”

“Aku gapapa. Aku cuman, cape.”

Mikey memeluk Draken. Membawanya dalam pelukan yang mungkin sudah lama tidak mereka lakukan.

“Seandainya aku pergi. Kamu ga boleh sedih ya?”

“Banyak orang yang sayang banget sama kamu. Banyak orang yang mau jadi pacar kamu bahkan ada banyak orang yang antri pengen selamanya sama kamu. Maaf aku belum bisa jadi orang baik buat kamu. Aku nyusahin kamu terus, aku egois, aku emosional. Maaf ya, Mikey?”

Mikey mengangguk.

“Kemarin aku sempet mimpi. Aku mimpi ketemu bunda. Bunda bahagia banget disana. Bunda banyak temennya disana. Bunda. Aku kangen Bunda. Aku boleh nyusul Bunda ga, Mikey? Aku kalau ketemu Bunda bisa sembuh kan ya? Aku ga harus nyusahin kamu, anterin aku yang harus pulang pergi ke psikiater – “

Mikey mengecup bibir Draken. Ia benci akan hal seperti ini.

” – kamu ga perlu takut sendirian, sayang. Banyak orang yang sayang sama kamu.”

“Aku sayang sama kamu. Bisa stop bicara soal itu?” pinta Mikey, kesal.

“Gemes. Lucu mau aku makan. Tapi aku minta maaf ya?”

“Iya.”

Draken kembali terlelap dalam pelukan kekasih kecilnya.

Mikey mengusap rambut Draken. Membiarkannya terlelap dengan tenang dan nyaman.

Tiba-tiba tubuh Draken menjadi sedikit dingin. Terkulai lemas juga. Mikey bingung. Draken benar-benar tertidur pulas, atau?

“Ka?”

“Ka. Jangan main-main deh. Aku ga suka!”

Mikey memegang tangan Draken. Dingin. Benar-benar dingin.

Ia menangis. Mencari ponselnya dan menelfon Baji yang menjadi tetangga sebelahnya.

“Apa?”

“Tolongin gue. Draken.”

“Kenapa lagi di naga?”

“BADANNYA DINGIN! BISA BANTU GUE GA SIH ANJING?!”

Baji menutup telfonnya sepihak. Bergegas keluar menuju apartment sebelahnya. Bersama dengan Baji, ada juga Chifuyu yang mengkhawatirnya keadaan Mikey. Pasti Mikey tengah panik dan mengutuk diri ini adalah kesalahannya.

“Gimana bisa?” tanya Baji yang tengah mengendong Draken untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

“Semua salah gue.”

“Ga ada waktu buat ngutuk diri sendiri Key.”

“Ya Draken mabuk gara-gara gue anjing!”

“Udah kaa,, stop.” pinta Chifuyu.

“Ka, lo jangan salahin diri lo sendiri. Dengan lo menyalahkan diri lo sendiri sama dengan lo bikin ka Draken sedih,” jelas Chifuyu pada Mikey.

“Tapi Puy. Gue telat pulang.”

“Itu kan lo kerja. Bukan ngelonte!” tegas Chifuyu, ikut kesal.

“Tapi Kenchin... Ia ngabisin satu lusin alkohol sendirian Puy... Apa gue masih harus tenang akan hal itu?”

“Ga usah lo khawatirin ka Draken kaya gitu. Dia itu kuat, dia ga mungkin selemah itu cuman gara-gara ngabisin satu lusin alkohol sendirain.”

Baji, Chifuyu, dan Mikey membawa Draken ke rumah sakit terdekat.


“Ada keluarga dari Ryuguji Ken?” tanya dokter yang baru saja keluar dari ruangan Draken.

“Saya.” jawab Mikey.

“Bisa berbicara sebentar?”

Mikey mengangguk.

“Bagaimana kondisi Draken dok?” tanya Mikey panik.

“Tuan Ryuguji Ken, orang yang sangat kuat. Saya salut dengan kondisi tubuhnya. Tapi sayangnya, mungkin dalam beberapa hari ini saudara Ryuguji Ken tidak bisa pulih dengan cepat,” jelas dokternya.

“Maksudnya dok?”

“Ia mengalami koma.”

Mikey menangis saat itu juga. Ia kaget. Panik. Semuanya bercampur menjadi perasaan bersalah yang besar.

“Tapi dia bakalan bangun kan, Dok?”

Dokternya mengangguk. “Berdoa saja pada Tuhan. Semuanya akan baik-baik saja. Kami akan melakukan yang terbaik.”

“Baik kalau begitu Dok. Saya keluar dulu.”

Mikey keluar dari dalam ruangan dokter dengan perasaan yang benar-benar sudah tidak bisa dijelaskan.

“Draken gimana?” tanya Baji.

“Koma.”

Chifuyu memandang Baji. Baji memandang Chifuyu secara bergantian.

“Mau nemenin ka Draken disini?” tanya Chifuyu.

“Gue mau pulang dulu aja. Besok gue kesini lagi. Sekalian nemenin Kenchin.”

Chifuyu menoleh kearah Baji dan mengangguk.

“Kalau sepi gue nginep di apart lo.”

Mikey menggeleng. “Gapapa. Gue sendiri aja.”

“Jangan gila.”

“Iya.”


Terhitung sudah empat bulan Draken belum juga berniat membuka matanya. Mikey sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Ia hanya berdoa pada Tuhan semoga Draken cepat dipulihkan.

“Mikey...”

Panggil seseorang yang mungkin hanya bisa didengar oleh Mikey yang sekarang tengah berdiam di dalam ruangan Draken.

“Mikey... Kamu disini kan?”

Mikey menghampiri Draken. Iya. Kekasihnya sudah bangun tepat dengan hari jadi mereka yang ketujuh tahun.

“Jangan nangis...”

Mikey tetap menangis. Melihat kekasihnya sudah bangun dari tidur panjangnya.

“A-aku... A-aku minta maaf...”

Draken tersenyum tipis. “Jangan minta maaf terus cantik. Aku udah gapapa ko.”

“Kenchin...”

“Iya?”

“Jangan pergi... Aku takut...”

“Aku cuman tidur. Aku ga pergi.”

“Kalau kamu tidur selamanya gimana?”

“Shtttt. Udah.”

Mikey memeluk Draken.

“Aku waktu tidur, lagi bareng-bareng sama Bunda – “

” – bunda bilang aku harus nikahin kamu. Kamu terlalu kecil kalau aku tinggal-tinggal terus...”

“Aku bukan anak kecil Kenchin...”

“Bunda yang bilang sayang, bukan aku...”

“Terus?”

“Aku tidur berapa lama?”

“Empat jam kan?”

“Empat bulan, Kenchin.”

“Ohhh.. Wow...”

“Sekarang tanggal berapa?”

“Dua puluh tiga. Bulan dua belas.”

“Selamat tujuh tahun ya, cantikku Manjiro.”

“Selamat tujuh tahun juga ka Kenchin.”

-fin.