Rokok & Rindou.

Haruchiyo dengan tergesa segera menyalakan mobil dan berangkat menuju rumah sang kekasih, Rindou. Dia benar-benar lupa setelah mengirim pesan 4 jam sebelumnya untuk bertemu Rin. Hal itu terjadi setelah dirinya selesai menghabiskan beberapa batang tembakau dan berujung dengan dirinya tertidur.

Di sisi lain, Rin yang menunggu selama kurang lebih 4 jam, sudah kesal setengah mati. Apakah Haru lupa atau bagaimana dengan keinginannya untuk bertemu. Akhirnya Rin menghubungi Haru dan benar saja ternyata sang kekasih melupakan keinginannya untuk bertemu dan memutuskan untuk terlelap.

Sedikit kesal, tapi bagaiman pun juga Haru adalah kekasihnya yang mungkin saja kelelahan karena suatu hal terjadi padanya dan Rin belum mengetahuinya.

Mesin mobil terdengar samar di telinga Rin, mungkin itu Haru yang sudah sampai di depan rumahnya. Dengan langkah kecil namun cepat, Rin bergegas untuk menyambut sang kekasih.

“Halo, maaf ya aku ketiduran. Sumpah maaf banget.” ucap Haru pertama kali saat keluar dari dalam mobil.

Tidak langsung terjawab oleh Rin, karena Haru sudah memeluk erat tubuh kecil Rin.

Rin yang mengerti dan bisa langsung membaca situasi kekasihnya ini, hanya mengusap-ngusap punggunya dan mencium kecil leher yang tidak sama sekali beraroma parfume dari kekasihnya ini.

“Habis ngerokok lagi?”

Haru mengangguk kecil dalam dekapan Rin.

Rin perlahan melepas pelukkan mereka. “Ngobrol taman belakang mau?”

Haru hanya diam mengikuti Rin dari belakang menuju taman belakang rumahnya. Jujur, rumah milik keluarga Haitani tidak bisa dibandingkan dengan rumahnyaa. Rumah milik keluarga Akashi jauh lebih kecil, meskipun masih bisa menampung 3 mobil di garasi.

Mereka berdua duduk di tepian kolam renang. Rin izin masuk ke dalam rumahnya untuk mengambilkan minum dan beberapa camilan.

Disana, Haru hanya bermain dengan air. Memasukkan kakinya dan sengaja membuatnya basah.

Rin yang sedang membuatkan Haru minum bertemu dengan Ran yang sepertinya terbangun dari tidurnya.

“Ada siapa?” tanyanya dengan suara kecil.

“Haru. Kalau Haru nginep sini gapapa?”

“Gapapa, silahkan aja.”

“Makasih abang.”

Sebelum Rin melangkahkan kakinya keluar dengan dua gelas berisi sirup dan beberapa camilan, Ran menarik baju sang adik, “Kamu ngerokok dek?”

Rin menggeleng, menjawab dengan mulut yang menuju ke arah Haru.

“Bawa parfume dulu ke atas atau bawa baju ganti buat Haru. Abang takut Mama sama Papa tau terus ribet urusannya.”

Rin yang setuju akhirnya berlari menuju kamar untuk membawa parfume miliknya dan juga baju ganti untuk sang kekasih.

“Iyo, ini minumnya.”

“Kok bawa baju sama parfume? Buat apa?”

“Iyo mau nginep sini kan? Kata abang daripada urusannya ribet, mending Iyo ganti baju dulu aja pake baju aku. Baju Iyo biar Mba yang cuci.”

“Aduh aku kesini malah jadi ngerepotin. Gapapa?”

Rin mengecup bibir Haru, “Abang yang minta. Berarti aku juga yang nyuruh. Aku nyuruh Iyo, jadi gapapa.”

Haru melepas bajunya dan berganti dengan baju milik sang kekasih. Ukuran baju Rin dan Haru tidak terlalu berbeda, jadi Haru masih bisa menggunakannya.

“Badan kamu. Kenapa lagi?”

Haru tersenyum, “Gapapa. Luka sedikit aja.”

“Jangan bohong Iyo. Aku ga suka.”

“Ga bohong Nyinyoooo. Beneran itu luka doang waktu di kantor.”

“Gara-gara?”

Haru menceritakan semuanya dari alasan ia resign, luka di badannya, kabur dari rumah keluarga Akashi, dan lain masalah yang ia sedang rasakan.

“Jangan nangis Iyo. Nanti aku jagain Iyo. Aku bakalan jagain Iyo banget, banget, banget.”

Haru tersenyum dan memeluk si kecil di hadapannya.

“Iyo mau bobo? Udah mau jam 2.”

Haru mengangguk.

Haru menyusul langkah Rin dibelakangnya. Rin yang kesal selalu melihat Haru berjalan di belakangnya akhirnya menarik tangannya untuk berjalan bergandeng di sampingnya.

“Iyo jangan jalan dibelakang aku terus. Disamping aja gapapa, Iyo ga ganggu Nyinyo kok.”

Sesampainya di kamar Rin, ia mempersilahkan Haru masuk terlebih dahulu. Kamar bernuansa coklat dengan aroma coklat dari lilin therapy membuat siapa saja yang bermalam di kamar Rin sangat betah dan enggan untuk bergegas pulang.

“Iyo bobo duluan aja. Aku mau ganti baju.”

Haru mengangguk dan lebih dulu mengistirahatkan dirinya di kasur milik Rin.

Kaos pendek dan celana pendek atas paha adalah pakaian yang akan menemani malam Rin.

“Nyinyo...”

“Iya?”

“Kamu sering pake baju kaya gitu? Apa ga dingin?”

“Ya AC nya bisa dikecilin, Iyo.”

Haru mendekat ke arah Rin dan mengendus dirinya ke badan Rin. “Iyoo, geli.”

Haru masih mengendus dan membuat Rin merasa ada kupu-kupu di dalam perutnya.