Shibuya Tragedy.


Jihoon sudah meminta izin dan memberitahu kekasihnya- Soonyoung, untuk mengizinkan dirinya mengiyakan ajakan sang teman yang mengajaknya berjalan-jalan ke daerah Shibuya.

Teman semasa SMA Jihoon ini benar-benar menemaninya sepanjang karirnya selama ini. Kehidupan Jihoon pun jauh dia lebih ketahui dan saksikan di banding dengan Soonyoung yang sudah mengetahui Jihoon sebagai Woozi. Tapi, menurut Jihoon mereka berdua sama saja. Sama-sama berjasa dan berharga bagi hidupnya.

“Lo udah izin kan sama pacar lo buat kita jalan-jalan?” Pria dewasa di hadapan Jihoon itu bertanya sambil sibuk memasangkan tali-tali pada bolongan sepatunya.

“Udah ko, dia juga ngebolehin. Tapi baliknya jangan sore-sore ya? Gue pengen ngajak Soonyoung video call-an. Katanya dia kangen,” jawab Jihoon disusul dengan menyeruput habis sisa-sisa air dari dalam kaleng cola berwarna merah.

“Oke. Yuk jalan.”

Jihoon dan pria itu berjalan bersebelahan. Jihoon menceritakan beberapa life update pada pria tersebut sambil mereka berjalan menuju stasiun untuk menuju ke tempat yang mereka ingin datangi.

Sebelumnya Jihoon dan pria itu membeli beberapa bahan masakan. Mengingat hari ini dia sudah menjadi tamu spesial dari acara reuni teman-teman semasa SMA-nya di Shibuya.

Bagi Jihoon, kembali berjumpa dengan teman-teman dari masa-masa terpuruknya merupakan suatu keharusan, suatu anugerah karena dirinya bisa kembali bercengkrama dengan mereka.

“Ji, kabar lo sama pacar lo? Soonyoung? Itu gimana? Udah ada progres ke arah pernikahan belum? Atau mungkin rencana saling berkeluarga?”

Jihoon mengangguk malu, “Doain aja. Gue sama dia lagi sama-sama saling percaya.”

“Amin.. semoga langgeng dan lancar ya.”

“Lo gimana sama pacar lo yang sekarang? Gue denger-denger katanya lo habis di selingkuhin. Emang bener?”

Pria disamping Jihoon itu tertawa terbahak, “Kadang hidup tuh kalau dipikir-pikir memang securang dan sejenaka itu Ji. Gue yang cape-cape nyembuhin dia, eh dia malah selingkuh cari penyakit lain.”

“Aaaaaa.. sorry.. Gue ga tau.”

“It's oke. Lo kan baru juga balik lagi ke sini setelah sekian lama.”

Dari arah belakang mereka berdua yang sedang asik bercengkrama, ada seseorang yang sepertinya mengenali Jihoon dan sengaja memotret keduanya yang tak sengaja tertangkap kamera tengah bergandengan.

“Barang bagus.”

Jihoon dan pria itu akhirnya sampai di stasiun dan mereka menaiki kereta menuju tempat tinggal si pria ini dulu untuk menyimpan bahan masakan dan akan kembali melanjutkan perjalanan ke tempat yang di tuju, yaitu Shibuya Sky.


Matahari mulai meredup, cahayanya mulai berubah menjadi orange pekat. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.

“Kita balik yuk, gue masih harus video call cowok gue,” ajak Jihoon sambil menarik pelan tangan pria tinggi di sampingnya.

“Wait- ” pria itu berdiri di depan Jihoon, mengeluarkan ponselnya dan terdengar suara kamera. “– nanti gue kirimin. Ya kali jauh-jauh ke sini lo ga kasih foto ke pacar lo itu.”

Jihoon tersenyum dan berterima kasih. Dia sangat senang bisa bernostalgia, menghabiskan banyak waktu bersama dengan orang yang pernah hidup lama dalam kisahnya.

“Ji- ” pria itu meraih pergelangan tangan Jihoon, “– the sunset is beautiful isn't it?”

Jihoon dengan segera pelepaskan gengaman tangan pria tersebut, “Kita udah selesai 6 tahun yang lalu, kak. Jangan kaya gini, kita sama-sama udah punya pasangan.”

“Memangnya ga bisa ya Ji, kita sama-sama lagi meskipun kita udah punya pasangan?”

“Kamu ngajak aku selingkuh? Otak kamu dimana kak? Gila.” Jihoon meninggalkan pria itu dan berlari sebisa mungkin untuk menghindari kata-kata manipulatif yang mungkin akan berakhir buruk untuk dirinya.

“Jihoon! Tunggu. Gue bercanda. Biarin gue anterin lo pulang!”

Jihoon berhenti, menunggu pria itu ada di sampingnya dan kembalilah mereka berjalan tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka.

“Sorry ya Ji. Hati-hati di jalan,” pamit pria itu sebelum berpisah arah dengan Jihoon.

Jihoon mengeluarkan ponselnya yang dia simpan di dalam saku celananya.

“SIALAN!” Jihoon mengocok-ngocok ponselnya dan terus menekan tombol on-off pada ponselnya. “Sialan. Bisa-bisanya gue lupa pinjem powerbank ke itu orang.”

Jihoon berjalan menyusuri kota saat keluar dari stasiun untuk segera mengisi daya ponselnya. Sengaja membeli powebank dan menunggu ponselnya sedikit terisi.

Sesampainya di tempat penginapan, dia melihat banyak sekali pesan masuk dan panggilan tidak terjawab dari Soonyoung, Iseul, maupun teman-teman kerjanya. Dia sudah aja janji, namun bagaimana bisa dia melupakan janji-janji itu dan meninggalkannya.

Jihoon buru-buru menelfon Soonyoung, berharap kekasihnya itu belum tidur.

“Soonyoung.. please.. angkat..”

Sudah terhitung 7 kali Jihoon menelfon Soonyoung namun nihil tanpa jawaban. Bahkan pesannya saja tidak dia baca, padahal Soonyoung sedang online.

“Apa dia marah ya? Tapi kan gue habis baterai..”

Di percobaan ke-10 akhirnya Soonyoung mengangkat telfonnya.

“Mas, aku minta maaf.. baterai hp ku habis ga sempet pinjem powerbank punya temen ku waktu jalan-jalan tadi.. Aku minta maaf ya..”

Tidak ada jawaban dari lawan bicaranya, “Mas? Halo?”

“Jihoon. Kamu jalan sama siapa sampai rangkul-rangkulan?” tanya Soonyoung pedas. “Temen ku, mas. Tadi kan udah aku jelasin di chat, udah aku vn juga.”

“Ga percaya.”

“Sayang.. aku serius. Aku ga bohong.”

“Dia mantan kamu kan? Aku udah berusaha loh percaya kamu, kamu kenapa gini Jihoon?”

“Mas.. Aku ga bohong ko.. Aku berani sumpah, mas to-”

“Jangan sumpah-sumpah Ji. Kamu bisa kan pegang janji? Kamu kenapa mesti gini sih? Aku sayang banget sama kamu.”

Jihoon tidak langsung menjawab pernyataan Soonyoung. Dia bingung harus bagaimana lagi menjelaskan kesalahpahaman itu, “– mas, aku mau tanya.”

“Kenapa?”

“Kamu dapet ulasan kaya gitu darimana? Kamu kan ga di sini. Kamu juga ga tau 'kan, apa yang sebenarnya terjadi.”

“Jadi bener? Kamu selingkuh?!” Ada sedikit penekanan pada kata selingkuh.

“Engga.. mas. Untuk apa aku selingkuh di sini? Aku kerja.”

“Switch ke video call kalau gitu. Tolong tour kamar kamu itu.”

“Oke.”

Jihoon menuruti perintah kekasihnya, dia memperlihatkan suasana kamar tidurnya yang bernuansa hangat. “Udah. Kamu liat kan? Aku sendiri, Mas.”

“Aku takut, Ji. Makanya ga percaya.”

“Mas.. tolong percaya.”

“Aku susul, boleh?”

“Mas. Kalau aku di susulin terus, Iseul kesepian di rumah. Ga usah.”

“Kan. Bener kan kamu selingkuh?”

“Demi Tuhan Mas. Engga.”

“Udah lah.”

“Mas!”

Sambungan telfon terputus, Jihoon menangis tidak percaya Soonyoung tidak percaya padanya dan memilih untuk tidak mendengarkan penjelasannya.

Jihoon mengirimkan pesan pada rekan kerjanya di studio, dia akan izin untuk hari ini dan akan kembali ke sana besok. Dengan alasan tidak enak badan.