tukar cerita

cw // tw ; cheating, family issue, drugs, kissing, suicidal

Setelah diberi izin si pemilik untuk menginap di kediamannya, Hanma bergegas mempersiapkan pakaiannya. Ia berniat hanya menginap untuk sehari saja, dan akan kembali pulang; entah ke kediamannya atau mencari tempat tinggal lain. Bagi Hanma, kembali berurusan dengan sosok Ayah adalah hal rumit dan memancing emosi.

Tiga kaos polos, dua hoodie, satu jaket jeans, dan pakaian dalam sudah ia masukkan ke dalam tas ransel yang akan dia bawa. Jika dipikirkan, ini memang hal bodoh, tapi bagi Hanma mempersiapkan apa yang menjadi kebutuhannya sangat penting agar tidak menyusahkan orang lain.

Ia tersenyum. Kembali mengingat kejadian pulang dari kemakaman beberapa hari lalu.

Bertukar cerita dengan orang baru yang merangkap menjadi calon kekasih adalah hal baru bagi Hanma. Ya. Hanma bukan sembarang orang yang akan menaruh hatinya kepada orang lain.

Terakhir ia merasakan jatuh cinta saat ia duduk di sekolah menengah akhir. Saat itu Hanma adalah sesosok pria yang sangat diincar oleh banyak orang. Entah untuk mengajaknya berpacaran atau sekedar mengajaknya untuk bertengkar, itu semua Hanma rasakan semasa-masa sekolah dulu.

Tapi berbeda saat ia pertama kali bertemu dengan Kazutora.

Kazutora dan Hanma sangat dikenal oleh warga kampus. Tapi mereka berdua tidak saling mengenal, atau lebih tepatnya tidak ingin tau satu sama lain.

Sampai akhirnya Hanma melihat sekilas betapa cantik dan mungilnya Kazutora saat ia membeli minuman di kantin fisip beberapa bulan lalu.

Entah perasaan apa yang menyerang Hanma, tapi pada saat itu hatinya berdegup cukup kencang. Dulu, Hanma tidak tau siapa pria kecil yang ia lihat beberapa waktu lalu. Dengan keberaniannya ia menanyakan hal itu kepada Mikey yang ternyata adalah teman dekat dari si pria yang di maksud.

Mencoba meminta kontak si cantik dengan cara instan dari teman dekatnya, ternyata tidak diizinkan oleh si pemilik. Mikey memberi saran kepada Hanma untuk memintanya sendiri atau mencoba mengikuti sosial medianya.

Mengikuti saran Mikey, Hanma mengikuti seluruh media sosial si cantiknya. Mulai dari twitter, dan instagram. Mencoba mengirimkan pesan di twitter, ia pikir tidak akan di jawab atau malah akan menganggu kehidupannya.

Seperti sudah tau akan terjadi, Kazu ternyata membalas pesan Hanma. Mengikutinya kembali di twitter dan membalas pesannya.

Kazu sendiri berpikir sebelumnya, apakah Hanma ini orang baik? Apakah Hanma ini orang yang tidak bermasalah? Tapi karena Kazu juga penasaran, akhirnya ia terus membalas pesan dari Hanma dan berakhir ia memberikan nomornya sendiri kepada Hanma.

Waktu berlalu. Sudah satu bulan berjalan dan sudah satu bulan juga Hanma sering bertukar kabar kepada Kazu.

Hanma membenarikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Kazu. Pada waktu yang tidak tepat Hanma mengungkapkan perasaannya. Hanma tidak memaksa Kazu untuk segera memberikan jawaban atas pertanyaannya. Ia hanya ingin mengeluarkan sedikit beban perasannya yang ia bawa selama ini.

Seperti mendapatkan lampu hijau. Hanma akhirnya tersenyum. Ia masih belum tau juga bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Kazu, tapi ia hanya merasa bahwa Kazu sudah mengizinkan untu mengenalnya lebih jauh.


Dua bungkus nasi goreng dari pertigaan jalan menuju kost-an Kazu, satu martabak manis, satu martabak asin, dan dua minuman manis Hanma belikan untuk makan malamnya bersama si manis.

Kazu memang tidak meminta, ia hanya berinisiatif membeli untuknya dan juga Kazu.

Sebelum itu, teman-teman Hanma mengirimkan pesan di grup. Mereka bilang mereka rindu sosok Hanma yang sering berisik, ceria, dan sering merecok kegiatan mereka.

Sejujurnya Hanma juga merindukan mereka. Hanya saja ia merasa bersalah atas hal yang ia lakukan kepada mereka beberapa waktu lalu. Ia berjanji pada dirinya untuk tidak menggangu mereka lagi. Ia tetap Hanma. Tapi Hanma yang dulu sepertinya tidak akan ia tampakkan untuk beberapa lama.

“Tok... Tok... Tok...”

Hanma mengetuk pintu kamar Kazu. Ia yakin si manis tengah sibuk dengan layar laptopnya. Mengerjakan tugas yang sama sekali tidak bisa ia bantu. Mereka sangat berbeda jurusan di kampus. Jadi, Hanma tidak bisa membantu apa-apa mengenai tugas perkuliahan seorang Kazutora Hanemiya.

“Untung gue belum tidur.” sambut si mungil dan mempersilahkan Hanma untuk masuk.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Hanma hanya tersenyum tipis dan ragu menginap karena sudah mengganggu waktu istirahat calon kekasihnya ini.

“Ayo! Jangan melamun di depan pintu sini masuk aja lo ga ganggu ko, gue lagi nugas nih tuh liat.” ajaknya dan memperlihatkan kepada Hanma kertas yang berserakan.

“Maaf ganggu nugas lo.”

Hanma masuk ke dalam kost-an Kazu. Membuka kantung kresek yang ia bawa tadi.

“Udah makan belum? Gue tebak sih belum.”

Kazu hanya tertawa.

Manis. Batin Hanma.

“Gue ke dapur ya bawain piring. Lo disini aja sambil kerjain gambarnya.”

Kazu mengangguk dan kembali fokus pada kertas di hadapannya.

Saat di dapur, Hanma sengaja langsung mencari piring dan gelas dalam rak kayu bertuliskan nama si manis.

Ia hanya bisa tersenyum miris saat melihat banyak sekali bungkusan mie instan dalam rak tersebut. Sudah pasti si manisnya ini hanya memakan-makanan tidak sehat setiap harinya.

“Lain kali kalau ga ada bahan buat masakan bisa chat gue ya. Kita belanja barengan. Mau?” tiba-tiba tanyanya saat kembali masuk ke dalam kamar Kazu.

“Apaan?”

“Iya. Tadi gue cari piring sama gelasnya di rak kayu yang ada nama lo. Terus gue liat isinya cuman mie instan. Ga baik buat tubuh lo kalau keseringan makan mie. Mana mie pedes lagi.”

“Iya.”

“Yaudah ini makan dulu. Keburu dingin ga enak.”

Kazutora membereskan kertas-kertas yang berserakan di lantai. Memberi ruang untuk menyimpan makanan yang dibawa oleh si pria jangkung di hadapannya ini.

“Bawa makanan banyak-banyak buat apa sih Ka? Mau bagiin ke anak kost juga? Tapi gue kenal Baji doang disini. Ada Cipuy juga sih nginep kamar Baji, mau di ajak makan sini?”

“Buat lo Zu, bukan buat Baji atau Chifuyu atau teman-teman lainnya yang ada di kost-an lo ini.”

“Makasih.” ucapnya disusul dengan senyuman terbaik yang ia punya.

“Lain kali senyumnya jangan dipendem terus.”

Yang diajak bicara hanya mengangkat alis sebagai jawaban. Bingung.

“Iya. Lo kalau senyum gitu cantik. Jangan cemberut terus, galak.”

“Gue keliatan banget jarang senyum kah?”

“Ga tau. Gue kan jarang ketemu lo.”

“First impression lo ke gue apa ka?”

“Cantik.”

“Uhukk... Uhukk... “

Hanma langsung memberikan gelas berisi air putih kepada Kazu. “Ga usah kaget gitu. Seluruh fakultas tau kali lo cantik.”

Yang dipuji hanya tersenyum kecil.

“Habisin dulu makannya. Kalau udah selesai mending tidur besok lagi nugasnya kalau deadlinennya masih lama.”

Kazu mengangguk paham.


Suara berisik air hujan menemani malam menjelang fajar seorang Kazutora dan Hanma. Mereka bertukar cerita soal kehidupan masing-masing.

Ya. Mereka saling terbuka untuk saat ini.

“Pernah suka sama orang, Ka?” tanya Kazu pada Hanma yang sibuk dengan rokok ditangan kanannya.

“Pernah.”

“Kapan?”

“Sekarang.”

“Pertanyaan gue maksudnya bukan gitu.”

“Iya paham. Gue bercanda,” Hanma mematikkan rokoknya yang baru habis setengah. Membenarkan posisi duduknya lebih nyaman.

“Dulu. Waktu SMA gue pernah suka sama seseorang. Cowo sih. Dia temen gue, dia nolongin gue waktu mau coba loncat dari lantai apart.

Kazutora hanya memasang ekspresi kaget saat ia mendengar cerita seornag Hanma yang pernah mencoba untuk bunuh diri. Seperti dirinya.

“Alasan gue suka dia banyak sih. Mulai dari dia yang baik sama gue, nemenin gue, selalu ada waktu gue kalut sama masa lalu, waktu gue berantem sama bokap, waktu gue pusing harus jadi Hanma yang tegar, banyak deh.

“Tapi alasan terbaik gue buat jatuh cinta sama dia itu, dia bisa nerima gue atas apa yang sering gue lakukan. Ya misalnya kaya percobaan bunuh diri itu.”

“Terus lo masih berhubungan sampai sekarang?”

Hanma menggeleng dengan cepat. “Sejak dia ngilang ga ada kabar. Gue bener-bener ga tau lagi harus lari ke siapa? Dulu gue belum kenal Koko, Sanzu, Rin, atau bahkan Inui. Gue cuman deket sama Mitsuya sama si mantan gue ini. Dan lo mau tau ga puncak dari segala komedi yang semesta buat dikehidupan gue?”

“Apa?”

“Gue sama dia jadi saudara.

“Gue ga bisa bilang gue bakalan nerima dia dengan cepat. Toh, gue sama bokap gue aja ga akur semenjak bunda meninggal. Kayaknya gue emang ga pernah akur sama dia sih. Terus setelah dia pergi ninggalin gue gitu aja, ternyata semuanya keungkap. Dia kerja, cari uang. Padahal hidup dia udah enak, ga ada salahnya memang buat cari uang tabungan sendiri. Tapi dia ga pernah kabar-kabar sama gue, ya dengan berat hati gue samperin lah dia ke rumahnya. Ternyata selain dia kerja, dia juga udah naruh hatinya ke orang lain. Ya gue ga bisa apa-apa. Jujur, gue waktu itu lagi kalut banget makanya gue nekat sampai ke rumahnya – “

Kazu memeluknya. Hanma menangis. Mengingat kejadian pedih kehidupannya. Ia seharusnya tidak menanyakan hal ini. Ini terlalu bodoh ditanyakan.

“Cukup gapapa. Ga usah di lanjutin ceritanya. Hari ini lo ada kelas?”

Hanma menggeleng.

“Gue juga ga ada. Sekarang mending lo tidur, udah mau jam 4 pagi. Kalau mau siang nanti kita healing. Kalau lo mau sih.”

Hanma mengangguk. “Jangan kaya anak kecil gini dong. Jawabnya pake kata-kata gitu.”

“Lo kan dekep gue daritadi. Gimana gue bisa jawab lancar.”

Kazu melepas pelukan mereka. Baik. Ini keterlaluan.

“Maaf gue ga sengaja. Hehe... “

Hanma tersenyum. “Gue boleh cium lo ga sih?”

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi kanan Hanma. Ini memang brengsek dan ia akui itu.

“Bercanda cantik.”

“Lo tidur disamping gue bukan berarti lo bisa ngapa-ngapain ya anjir. Awas lo!”

Kazu pergi meninggalkan Hanma. Hanma menyusul. Tidak lupa juga mengunci pintu rooftop.

“Tora.”

Yang dipanggil hanya berdehem.

“Gue mau cerita lagi, boleh ga?”

“Besok. Sekarang tidur dulu.”

“Lo ngadep gue dulu bentar.”

Yang diminta memutar bola matanya malas. Berbalik dan memandang pria jangkung dihadapannya dengan tatapan sayu— mengantuk.

Dikesampingkan rambut si cantik. Dikaitkan pada telinga kanan yang terpasang anting panjang.

“Cantik banget.”

Dan sepersekian sekon kemudian. Bibir merah gelap pekat milik Hanma meraup bibir cherry si manis dihadapannya. Tidak ini hanya ciuman diantara bibir milik mereka. Tidak ada pertukaran saliva.

“Maaf ya. Kayaknya ini first kiss lo? Kaget ya? Brengsek ya gue?”

Kazutora hanya diam. Menatap dalam mata pria dihadapannya. Menangkup kedua pipi dan tersenyum.

“Seadainya lo beneran suka sama gue. Gue bisa buka hati gue buat lo. Lo bisa jadi pacar gue. Tapi dengan satu syarat.”

“Apa?”

“Ingetin gue. Minum obat itu ga baik buat diri gue. Ingetin gue untuk tidak kembali menghubungi siapapun lagi yang berhubungan sama obat. Boleh?”

Hanma mengangguk kencang. Memeluk dan mengusap lembut rambut Kazu.

Bibir cherry si manis mencium bibir merah gelap pekat si jangkung. Dan segera membalikkan badannya dan tertidur.

Malu.

“Lucu kamu Tora. Kaya kucing.”