You are like the oxygen I need to survive

m/m, charachter belongs to Ken Wakui, ooc & harshword. 1,4k words Ransuyafess event; RansuyaSepekanPenuhCinta


Beranjak dewasa, sibuk dengan kisah hidup masing-masing, sibuk dengan penataan masa depan, yang pasti dalam proses penataan masing-masing dari mereka akan kembali bercengkrama atau bahkan kembali tercatat dalam bab kehidupan mereka kedepannya.

Seperti malam ini, seluruh alumni dari tiga angkatan Toman High School tengah berkumpul, kembali bercengkrama dan bercanda. Ada si mantan ketua osis yang kembali di bongkar kebodohannya, ada si pentolan sekolah yang kembali menjadi pusat perhatian karena kisah hidupnya yang pantas didengar oleh banyak orang, dan si manis dari masing-masing angkatan yang malah menjadi sahabat dalam satu organisasi kampus yang sama.

Lalu, bagaimana dengan si jagoan gombal yang selalu memenangkan seluruh hari perempuan dan lelaki di sekolahnya dulu?

Kisahnya masih sama, masih mengejar satu lelaki pendiam yang sebenarnya tidak pendiam, hanya perlu waktu untuk bisa bercengkrama bebas dengannya.

Namanya Mitsuya Takashi dan Haitani Ran.

Mitsuya yang satu tahun dibawah Ran sudah pasti menjaga image dan tingkah laku pada si sulung Haitani. Bukan enggan untuk menjadi akrab, namun Mitsuya tau jelas siapa Haitani Ran dan julukan apa yang melekat padanya.

Malam semakin larut, banyak beberapa dari mereka yang sudah pamit pulang terlebih dahulu karena besok masih termasuk hari kerja dan kuliah. Hanya orang-orang yang saling terhubung yang masih berdiam dan meneguk minumannya di halaman luas pribadi milik keluarga Hajime.

Bahkan si pemilik halaman pun sudah pergi meninggalkan tempat tersebut untuk mengobrol dengan sang kekasih di ruangannya– Inui Seishu.

Truth or dare ga sih, broo? Udah lama banget engga. Terakhir waktu kita-kita sebelum lulus tuh waktu angkatan gue ada masalah sama angkatan Ran.” ucap Manjiro dengan nada suara yang bersemangat.

“Gue inget banget anjing. Dulu gue garda terdepan ya anjir, gara-gara ada Rin di sana. Kalau ga ada mah gue males banget ikut campur.” balas Ran.

“Lagian kalau ga ada Abang juga gue mah maju-maju aja. Toh ada Chiyo yang jagain gue di belakang.” jelas Rin.

Baji, Chifuyu, dan Kazutora sudah mengambil peralatan mereka untuk bermain truth or dare.

“Gue yang pegang gamenya ya?!” seru Kazutora.

“Gue temenin ayang!!!” tambah Hanma.

“Ga bisa! Kazu juga lo main ya meskipun pegang gamenya!” perintah Manjiro.

“Jangan teriak-teriak udah malem, ga enak.” ucap Draken pelan pada Manjiro tepat di telinganya.

“Geli Kenchin. Iya aku pelan-pelan juga ini ngomongnya.” jawab Manjiro.

“Ayo-ayooo!!! Bikin barisan. Caranya gini aja. Kan ini si Michi paling depan ya, nah kalau bola pingpongnya masuk ke angka ganjil berarti truth, kalau masuk ke angka genap berarti dare, kalau gagal masukin ada tiga kesempatan ngulang, tapi kalau masih gagal juga beresin halamannya Koko, jangan sama Mba. Oke ga?!” teriak Manjiro bersemangat.

“OKEEE!! MANTAP KETUA!” balas semuanya.

“Sip. Silahkan Hanagaki Takemichi yang terhormat sang ketua Himpunan.” persilahkan Manjiro kepada Takemichi.

Takemichi melempar bola pingpongnya dan masuk ke dalam gelas plastik berangka genap.

“Oke. Dare yaaaa?!!” ucap Kazutora selaku pemimpin permainan.

“Eh aneh-aneh gue cabut balik ya.” jawab Takemichi.

“Siapa yang mau kasih dare??” tanya Kazutora.

“Gue gue!!”

Sanzu Haruchiyo. Penentang guru terhandal di sekolah. Satu angkatan dengan Takemichi.

“Gue mohon ya Ru, jangan aneh-aneh udah malem.” pinta Takemichi memohon.

“Ga aneh gue mah. Ini aja deh, telfon Hinata terus lo bilang “Sayang, tiga bulan lagi kita nikah ya. Harus mau ga ada penolakan.” Loud speaker ya.” jelas Haruchiyo.

“Sumpah?! Ini udah jam 11 anjir, gue takut ganggu.”

“Engga belum tidur serius.”

Dengan pasrah Takemichi mengikuti dare dari Haru.

“Iya sayang kenapa? Udah selesai dari acara reuninya?”

“Engga, belum.”

“Kenapa telfon?”

“Emm itu... Tiga bulan lagi kita nikah ya? Ga ada penolakan.”**

“Iya. Mau besok juga aku mah ayo aja, asal sama kamu.”

Semua orang disana menahan tawa. Pasti setelah ini akan terjadi kekacauan karena Hinata- pacar Takemichi, bukanlah sesosok perempuan yang suka di prank-prank seperti ini.

“Udah.”

“Oke. Lanjut.”


Malam semakin larut. Tersisa Ran di barisan terakhir.

“Aduh, pentolan plus tukang gombal kita balik lagi nih.” ucap Manjiro mengambil alih pimpinan game.

“Males banget deh lo.”

“Karena udah malem. Langsung dare aja ya Bang? Gimana? Oke sip ga ada penolakan.” ucap dan jawab Manjiro.

“Oke deh buat lo.”

“Darenya dari gue aja.”

“Iya sip boleh, apa?”

“JADIAN SAMA MITSUYA TAKASHI. JANGAN DIEM-DIEM GINI!” ucap Manjiro bersemangat.

“MANJIRO! Jangan teriak. Ini udah jam satu malem.” tegas Draken direspon dengan bibir cemberut Manjiro.

Mitsuya disana yang tengah santai dengan makanannya hampir tersedak mendengar namanya di teriaki oleh Manjiro. Dan apa katanya? Jadian? Yang benar saja.

Mitsuya memang sering bertukar kabar hingga kini dengan Ran, bahkan juga mereka sering keluar bersama, meskipun hanya sekedar makan malam atau mengerjakan tugas bersama.

“Mik. Apa-apaan sih lo?!” bisik Mitsuya mendekat kepada Manjiro.

“Lo demen kan sama Ran? Udah biar ini urusan gue.” jawab Manjiro singkat.

“Tapi gue malu!”

“Jangan.”

Ran menerima tantangan dari Manjiro. Ia mengambil gitar di samping Hanma dan memetik gitar tersebut.

“Ini gue jadinya harus confess secara terbuka ya sama Mitsuya? Padahal rencananya mau nanti sehabis UAS biar ada waktu buat liburan bareng.

“Tapi gapapa deh. Lebih cepat lebih baik.”

Ran mengambil kursi di depannya, memetik gitar dan mulai bernyanyi.

“Sebelum itu, sorry banget gue ga bisa nyanyi. Tapi semoga lo paham maksud gue nyanyi ini itu apa, oke Mitsuya?”

Mitsuya malu bukan main, pipinya memerah seperti kepiting rebus yang benar-benar sudah matang.

Ran menghela nafasnya,

My baby, my Valentine Boy, na you dey make my temperature dey rise

If you leave me, I go die, I swear You are like the oxygen I need to survive I'll be honest Your loving dey totori me

I am so obsessed I want to chop your nkwobi

Ran mengakhirinya dengan senyuman manis yang mungkin baru kali ini semua orang disana melihat Ran tersenyum dengan tulus dan tidak ada maksud lain selain cinta dan sayang?

“Untuk Mitsuya Takashi. Gue tau jelas lo itu selalu mengindar dari gue karena gue yang di kenal sering flirting sana-sini. Tapi, denger gue. Semenjak gue kenal lo kelas dua belas, dua tahun lalu. Gue bener-bener jatuh cinta sama lo, gue sayang sama lo, gue mau lo, lo, lo, dan lo. Creepy ya? Tapi gue sesayang itu sama lo. I'm kinda obsess with you, I guess. Tapi gue juga dalam waktu yang sama takut kalau gue cuman obsess sama lo, bukan cinta, maka dari itu gue selalu maju mundur buat akrab sama lo.

Ran menjeda penjelasannya.

“Emm. Mitsuya. Hari ini Valentine's day. So,

“Wanna be mine?

“It's not just a dare. Ini serius.”

Disana. Mistuya benar-benar bingung, ia ingin namun takut, ragu, dan segala hal buruk menerjang pikirannya tiba-tiba.

“Hey! Look at me!” Manjiro memegang pundak Mitsuya.

“Ini Ran Haitani, yang selalu lo omongin tiap detik ke gue. Dia habis confess ke lo, dan perasaan lo udah jelas kan sekarang? Terbalaskan Mistuya! Stop overthinking, okey? You deserve to be happy.” jelas Manjiro coba menenangkan Mitsuya.

Ran menghampiri Mitsuya, memegang tangannya dan berkata, “Halo Gemini yang paling manis satu semesta. Gue Haitani Ran. Gue sayang sama lo. Want to be mine?”

Mitsuya mengangguk disusul dengan air matanya yang menetes tiba-tiba.

Ran yang panik langsung memeluk Mitsuya. Senang tapi panik.

“Kenapa?!”

Mitsuya menggeleng. “Gue seneng. Eh, aku seneng.”

“Gemes.

“Makasih ya?”

Mitsuya meregangkan pelukannya pada Ran, “Perihal?”

“Perasaan gue terbalaskan juga, Taka. Eh boleh kan?”

Mitsuya tersenyum keci, mengangguk, dan kembali memeluk Ran.

“YEY!” teriak semua orang disana.

Tiba-tiba si pemilik halaman kembali dalam acara dengan pakaian piyama.

“Udah jadian?” tanya Koko mengacak rambutnya, ngantuk.

“Udah dong.” jawab Ran.

“Oke. ART gue aja yang beresin ini. Lo semua cabut ke atas gih, kamarnya pada bagi-bagi aja ya. Kamar gue pake juga gapapa, gue sama Nupi di kamar gue satunya lagi.” jelas Koko dan disetujui oleh mereka.


Ran dan Mitsuya satu kamar dengan Manjiro, Draken, Baji, dan Chifuyu. Mereka semua sudah tertidur pulas menyisakan Ran dan Mitsuya yang masih sibuk dengan perasaan masing-masing.

Ran yang sedari tadi mencoba untuk tidur, tidak bisa terus ditatap begitu oleh Mitsuya.

“Kenapa liatin kaya gitu? Ada yang salah ya? Aneh ya rambut ku di gerai kaya gini?”

Mitsuya dengan cepat menggeleng, “Lucu kamu rambutnya di gerai kaya gitu.”

Ran mengelus surai lila milik Mitsuya, “Minggu-minggu ini kamu sibuk?”

“Engga kayaknya, kenapa?”

“Mau aku ajak beli cincin.”

“Oh buat Mama kamu? Sebentar lagi ulang tahun, ya?”

“Bukan.”

“Terus?”

“Aku sama kamu. Bukannya cinta yang udah lama lebih baik cepet-cepet di abadikan ya?”

“Maksud kamu?”

“Nikah, sayang.”

Mitsuya langsung memasang wajah bingung, tidak mengerti maksud dari ucapan Ran barusan.

“Engga sayang bercanda. Nanti kita bakalan menikah, kok. Engga sekarang,” disusul dengan Ran mengceup kening Mitsuya.

“Bobo ya cantik, yang lain udah jauh tuh mimpinya.”

Mitsuya mengangguk dan bersembunyi di bawah lengan Ran.

Reuninya, acaranya, semuanya indah. Terima kasih. batin Mitsuya.