Ini akhir? Permulaan? Atau selesai?
cw // kenakalan remaja.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 lebih 15 menit waktu malam. Mama, Papa, Ran, dan Rin sudah berkumpul sejak 1 jam yang lalu namun tidak sama sekali ada pembicaraan diantara mereka.
Orang tuanya yang masih sibuk dengan pekerjaanya dan Ran yang juga sibuk dengan pekerjaannya membuat Rin sedikit kesal dengan keadaan keluarganya sekarang.
Apa orang-orang sibuk ini tidak bisa barang setengah jam saja untuk mendengarkannya atau menjawab pertanyaannya?
“Ini aku yang minta kumpul sama Mama, Papa, Abang kenapa kalian asik sendiri? Tau gini aku ga bangun dari koma aja ga sih terus meninggal nyusul Opa sama Oma di surga?”
Pernyataan sarkas Rin langsung terespon oleh Papa Haitani dan juga Ran.
Mama Haitani sama sekali acuh dengan pertanyaan gila Rin, padahal tujuan utama Rin mengumpulkan mereka adalah untuk membicarakan perjodohan gila yang dirancang oleh ibunya sendiri.
“MAMA!” teriak Rin kesal.
Ini sudah mau jam sembilan, kenapa ibunya sama sekali tidak meresponnya.
“Apaan sih? Ade bisa ga teriak kan? Ini Mama lagi ngerjain laporan dulu sebentar.”
“Ma! Ini udah lewat dari waktu yang Mama minta. Aku minta jam tujuh dan sekarang udah mau jam sembilan. Mama sayang aku atau sayang uang Papa sih?!”
Mama Haitani yang mendengar itu langsung menutup laptopnya dengan kasar. “Apa? Rin mau nanya apa sama Mama? Haru?”
“Aku mau tanya kenapa Mama jodohin aku sama Hanma? Ngapain sih? Aku punya Haru Ma! Aku sayang Haru!” jelas Rin.
“Mama ga pernah liat kamu bahagia tuh sama Sanzu, kapan coba Mama liat kamu bahagia sama dia? Coba kalau kamu sama Hanma, kamu kan bisa seneng-seneng diajak belanja mewah, di ajak jalan-jalan ke luar negeri, ya hal-hal berguna lah. Ga kaya Sanzu.”
“Ma. Dengerin Rin deh. Mama ga tau Haru karena Mama sibuk sama perusahaan Mama itu. Papa juga, kenapa ga pernah pulang sih barang satu malem aja? Kantor Papa ada juga kan yang di kota ini? Susah ya?
“Rin juga mau nurut sama Mama kalau Mama tuh kasih Rin suruhan yang bukan aneh-aneh kaya gini. Mama pernah ga nyuruh Abang buat perjodohan kaya gini? Engga kan? Abang pilih calonnya sendiri. Bahkan Abang ga disuruh lanjut S2 pun kalian ga marah, terutama Mama.
“Kenapa aku dibedain? Aku juga sama kok kaya anak-anak lainnya. Aku juga bisa nakal, aku juga pernah bolos kelas, aku pernah merokok, aku pernah mabuk, aku pernah having sex, aku pernah Ma, Pa melakukan hal gila yang bahkan kalian ga tau!”
Rin sudah tidak bisa mengontrol emosinya, semuanya meluap-luap. Pernyataan yang dia lontarkan semuanya adalah hasil cerita kelamnya yang rahasia dan harus diluapkan agar orang tuanya tau bahwa dirinya ini juga sama, nakal.
“Kamu hs sama siapa?”
Itu adalah satu pertanyaan yang keluar dari mulut Ran yang sedari tadi hanya mendengarkan celotahan Rin.
“SANZU HARUCHIYO! SIAPA LAGI?!” jawabnya dengan nada marah.
Ran yang sedikit kaget dan marah beranjak keluar dari ruang tengah dan meninggalkan mereka semua. “Abang ga kemana-mana, di kamar. Kalian lanjut aja, pake kepala dingin Rin. Mereka juga orang tua kamu.”
“Rin. Mama ga peduli kamu merokok, mabuk, atau berantem. Tapi ini kamu having sex kamu ga bercanda kan?”
Rin menggeleng, “Untuk apa?”
“Sanzu kasih pengaruh buruk ya sama kamu, sudah cocok kamu Mama jodohkan dengan Hanma. Ga ada penolakan Rindou. Mama ga mau nerima penolakkan dari kamu.”
Mama Haitani membereskan barang-barang, mau menyusul Ran untuk meninggalkan ruang tengah juga.
“Mama mau kemana?” tanya Rin.
“Habis ini Mama mau urus pernikahan kamu sama Hanma. Dipercepat lebih baik, Mama ga suka memang kamu sama Sanzu-Sanzu itu. Liat Abang kamu sekarang, gara-gara pergaulan tongkrongannya yang ga jelas itu jadi ga bisa mencontohkan kamu yang baik dan jadi sulung yang diharapkan.”
Ruang tengah kini hanya menyisakan Papa Haitani dan Rin.
Papa Haitani hanya bisa berulang kali menghirup panjang nafasnya.
“Papa ga mau bantu Rin?” tanya Rin pasrah. Karena saat ini hanya Papa-nya lah satu-satunya harapan yang akan membantunya.
“Mau sayang, sangat. Tunggu ya Papa lagi ngobrol sama Pa Akashi buat bahas ini, kamu tenang aja. Tapi Papa juga ga bisa janji sama kamu, turutin Mama ya kalau Papa ga bisa?”
“Pa... Rin sayang Iyo... Masa Rin ninggalin Iyo buat nikah sama Hanma? Hanma juga punya tunangan Pa, Rin ga tega. Rin ga mau.” ucap Rin disusul dengan turunnya genangan air dari matanya.
“Jangan nangis sayang, jagoan Papa ga pernah ada yang nangis. Jagoan Papa semuanya kuat.”
“Rin cape... Rin boleh mati aja ga Pa? Mau nyusul Oma sama Opa aja.”
“Iya sayang, nangis untuk sekarang. Papa ada disini, Papa ga bakalan pergi lagi, dan Papa janji setelah selesai kantor pulang ke rumah.”